Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LAGI-LAGI media cetak akan "dihantam" oleh media elektronik -- dalam hal ini RCTI dan TVRI. Pasalnya, kedua stasiun televisi terkemuka itu pekan ini memperkenalkan teleteks, produk yang diperkirakan akan menjadi saingan keras bagi media cetak. Produk baru tersebut bukan hanya akan menayangkan berita- berita hangat, tapi juga menampilkan informasi dari Bursa Efek Jakarta secara lengkap, plus berbagai info yang dibutuhkan oleh keluarga dan pengusaha. Jadi, ada jadwal penerbangan, hotel, hingga tempat-tempat hiburan dan belanja. Pokoknya, hanya dengan menekan tombol "txt" yang terdapat pada remote control, pemirsa (kalau di RCTI) akan langsung menghadapi enam pilihan. Ada "Seputar RCTI" yang menyajikan rentetan acara dalam sebulan, "Aneka Informasi" yang memuat berita penting nasional dan internasional, agenda kota, jadwal penerbangan, bahkan jadwal salat. Adapun teleteks dari TVRI -- diberi nama TVRI-Teks -- belum jelas sajiannya. Tapi, menurut pihak penyelenggaranya, yakni Eddy Limantoro, muatan TVRI-Teks tak jauh beda dengan produk RCTI. Berita lewat teleteks memang tidak mendetail seperti di media cetak. Tapi kelebihannya, berita teleteks bisa selalu hangat dengan updating. "Jika ada berita penting, seperti kematian presiden, bisa segera kami tayangkan," kata Nung R., editor teleteks di RCTI. Lain halnya dengan berita baru yang sifatnya biasa-biasa saja. Untuk ini, RCTI hanya akan melakukan updating dua kali sehari, pukul delapan pagi dan pukul empat sore. Yang menarik dari teleteks ini, kendati hanya berbentuk tulisan tanpa gambar, adalah acara komersialnya alias iklan. Sebab, di sini yang akan tampil bukan hanya berita tentang seminar, lowongan kerja, atau real estate, tapi juga acara panggung hiburan di berbagai arena (termasuk hotel dan diskotek), dan pekan diskon di berbagai pasar swalayan serta department store. Kelak, kata Jilal Mardhani, Manajer Pengembangan Bisnis RCTI, isi teleteks akan lebih lengkap. Dalam penayangan informasi tentang bursa efek, misalnya, akan dilakukan updating transaksi secara lengkap menit per menit. Bahkan, harga emas dan valuta asing pun -- kini sedang dirancang -- tak lama lagi akan muncul sebagai berita khusus teleteks. Untuk menyelenggarakan teleteks, RCTI cukup menambah investasi Rp 2 miliar. Ternyata, fasilitas yang ada bisa dimanfaatkan juga untuk teleteks. PT Pilar Kumala Jaya -- penyelenggara TVRI-Teks -- sudah menghabiskan Rp 4 miliar. Eddy Limantoro mengatakan, dana sebesar itu terpakai untuk merekrut 30 karyawan -- yang mengisi posisi di jajaran redaksi, administrasi, dan operator -- serta menyewa mesin berita Antara dan Reuters. Selain itu, Pilar juga terkena kewajiban membayar fee 15% dari total pendapatannya. Ini tidak lain karena TVRI-Teks menggunakan frekuensi milik TVRI. Dengan menjual lahan iklan seharga Rp 200 ribu hingga Rp 800 ribu per halaman per hari, Eddy memperkirakan, modal yang ditanamnya akan kembali dalam lima tahun. Sebagai penjual jasa teleteks yang memiliki daya jangkau lebih luas (TVRI bisa diterima di seluruh pelosok Nusantara sementara RCTI baru dapat mengudara di 12 provinsi), target impas lima tahun itu tampak masuk akal. Soalnya, tidak semua pesawat televisi bisa menangkap teleteks ini. Menurut Jilal, hanya pesawat TV keluaran terbaru yang dilengkapi dengan penangkap teleteks yang bisa menerima acara teleteks. Ia memperkirakan, pemirsa yang memiliki televisi jenis ini jumlahnya sekarang tidak lebih dari 200 ribu keluarga. Karena itu, wajar kalau pemasang iklan berhitung matang-matang. Sebegitu jauh, teleteks RCTI belum menerima pemasang iklan, tapi TVRI-Teks telah menerima 10 produk yang siap tayang mulai pekan ini. Eddy memperkirakan, biarpun kini pemirsa teleteks baru sedikit, dalam waktu tidak terlalu lama jumlahnya akan bertambah. Paling tidak, dalam waktu tiga tahun angka itu bisa naik berlipat-lipat. Di atas kertas, teleteks bisa dinilai sebagai bisnis yang menjanjikan masa depan lumayan. Tapi, kenapa baru sekarang digarap? Eddy maupun Jilal mengakui, ide membuat teleteks baru muncul tahun lalu. Ketika ide ini menyeruak di benak para petinggi RCTI, mereka langsung melakukan uji coba dengan menayangkan hasil undian SDSB. "Dulu memang kami berencana bekerja sama dengan SDSB, tapi keburu ditutup," kata Nung R. Memang, dari negeri asalnya, teleteks tidak lepas dari hiruk- pikuk perjudian. Sebuah saluran TV Singapura, misalnya, secara rutin menayangkan hasil pacuan kuda. Begitupun beberapa teleteks di beberapa negara Eropa. Hasil greyhound (balap anjing) dan undian berbau judi merupakan sajian teleteks sehari-hari. Apakah teleteks RCTI dan TVRI juga akan menayangkan hasil undian, seperti "judi buntut Singapura" yang di sini marak kendati secara gelap? Kalau ada rencana demikian, pastilah teleteks akan banyak penggemarnya. Apalagi jika ada berita seputar musik, seperti yang dilakukan MTV-Malaysia. Dan siapa tahu, iklan yang kelak muncul di teleteks mirip dengan iklan baris di koran-koran, lengkap dengan informasi penjualan mobil bekas ataupun panti pijat yang nyaman. Jadi, tunggu apa lagi, ayo tekan tombol "txt". Budi Kusumah dan Ardian T. Gesuri (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo