Kolong
Kolong, kulong atau lobang camuy[1] adalah istilah dalam bahasa Melayu Bangka yang berarti danau atau kolam besar yang berasal dari sisa penambangan timah. Metode penambangan timah di Bangka dilakukan dengan menggali hingga ke dalam tanah. Sisa-sisa lubang bekas tambang yang tidak direklamasi lama kelamaan berisi air dan menjadi danau.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PT. Tambang Timah, pada tahun 2003 tercatat sebanyak 887 kolong bekas penambangan timah dengan luas 1.712,65 hektar di seluruh wilayah Bangka-Belitung.[1]
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Kata kolong atau kulong diserap dari kata bahasa Hakka, "fut-long" (窟郎)[2] Secara harafiah kolong bermakna "lubang", namun dalam ukuran yang besar.[3] Kata ini telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan pengertian "lubang (tembusan) di dalam tanah (tambang)"; "korok".[4]
Istilah lain yang umum digunakan di Bangka selain kolong adalah "camui", yang diambil dari kata bahasa Hakka, "cha-mui" 車尾, yang bermakna "ujung mesin", tempat pembuangan pembuangan pada penambangan timah.[butuh rujukan]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Kolong pada awalnya tercipta dari teknik penambangan kolong yang dilakukan untuk mendapatkan timah dari dalam tanah. Pelopor teknik kolong di Bangka adalah Encek Wan Akub atau yang dikenal sebagai Datuk Akub sekitar abad ke-18.[5] Penggalian tanah dikerjakan menggunakan sekop dan pacul seperti yang dilakukan di Johor.[5] Metode ini dinilai lebih cepat daripada sistem lobang sumur (Sumur Palembang) yang mempergunakan linggis.[5] Penambang atau pekerja tambang timah asal Tiongkok menggunakan metode kolong di mana saja yang memungkinkan adanya kandungan timah.[3] Teknik ini hanya khusus berasal dari Tiongkok.[3][6] Penambangan ini berskala besar di mana pada masa lalu ukurannya panjang dan lebarnya dapat mencapai 30 meter.[3]
Teknik penggalian semacam ini sampai sekarang masih dilakukan di Bangka-Belitung, namun dengan menggunakan peralatan yang lebih modern. Dampak penambangan dengan teknik kolong yang sporadis kini dinilai merusak dan tidak ramah lingkungan.
Pemanfaatan di masa modern
[sunting | sunting sumber]Banyak tambang timah di masa lalu dan di masa sekarang yang telah ditinggalkan berisi oleh air hujan atau sungai sehingga menjadi danau.[6] Beberapa penambang ada yang memanfaatkannya sebagai objek wisata dan tambak ikan.[6]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Kolong-kolong yang tercipta akibat penambangan timah
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Daerah Kolong Timah di Bangka Belitung dengan Data Satelit Spot_6, Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta, 17 November 2015. Akses: 4 Juli 2022.
- ^ Hakka-woordenboek. P. A. Van De Stadt. Landsdrukkerij, Batavia (1912). Hal 121
- ^ a b c d Timah Bangka dan lada Mentok : peran masyarakat Tionghoa dalam pembangunan Pulau Bangka abad ke XVIII s/d XX. Mary Somers Heidhues. Yayasan Nabil, Jakarta (2008). Hal 17-19. ISBN 978-979-187301-1-7
- ^ kolong, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Akses: 6 Juli 2022.
- ^ a b c Legenda Dalam Sejarah Bangka - Mencermati Kontribusi Legenda dalam Penyusunan Sejarah Bangka. Sutedjo Sujitno. Cempaka Publishing (2011). Hal.145 ISBN 979166960-1
- ^ a b c Cerita Kolong Timah Bangka di Masa Lalu Sampai Masa Sekarang, National Geographic Indonesia. Akses: 4 Juli 2022.