Kerajaan Khotan
Kerajaan Khotan | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
56–1006 | |||||||||
Peta Cekungan Tarim pada abad ke-3 M. Daerah Kerajaan Khotan berwarna hijau di bagian bawah. | |||||||||
Status | Kerajaan | ||||||||
Ibu kota | Khotan | ||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Bahasa Gāndhārī (abad ke-3, 4).[1] Bahasa Saka Khotan.[2] | ||||||||
Agama | Agama Buddha | ||||||||
Pemerintahan | Kerajaan | ||||||||
• 25-56 | Yulin | ||||||||
• 969 | Nanzongchang | ||||||||
Sejarah | |||||||||
• Didirikan | 56 | ||||||||
• Penyerangan Yarkant | 56 | ||||||||
• Invasi Tibet | 670 | ||||||||
• Rezim Islam di bawah Yūsuf Qadr Khān | 1006 | ||||||||
| |||||||||
Sejarah Xinjiang |
---|
Kerajaan Khotan adalah sebuah kerajaan Buddha Saka yang terletak di tepi Gurun Taklamakan di sepanjang Jalur Sutra di Cekungan Tarim dahulu (kini Xinjiang, China). Kerajaan Khotan adalah sebuah kerajaan Buddha Saka yang terletak di tepi Gurun Taklamakan di sepanjang Jalur Sutra di Cekungan Tarim dahulu (kini Xinjiang, China). Ibu kota kerajaan ini kini berada di sebelah barat Hotan (Hanzi: 和田).[3][4] Dari zaman Dinasti Han hingga Dinasti Tang, Khotan diketahui sebagai Yutian (Hanzi: 于闐, 于窴, atau 於闐). Kerajaan Buddha ini berdiri selama lebih dari 900 tahun hingga ditaklukkan oleh Kekhanan Kara-Khanid Islam tahun 1006 di masa Islamisasi dan Turkisasi Xinjiang.
Berdiri di wilayah oasis, budidaya bebesaran di Khotan memungkinkan diadakannya kegiatan pembuatan dan perdagangan sutra dan karpet selain dari batu giok nefrit dan gerabah. Walaupun menjadi kota yang penting di Jalur Sutra dan salah satu sumber utama batu giok untuk wilayah China zaman dahulu, Kota Khotan itu sendiri relaif kecil. Panjang keliling Kota Khotan di Yōtkan kira-kira 2,5 hingga 3,2 km. Banyak dari benda-benda bersejarah di Khotan juga telah hilang akibat penjarahan.]].[5]
Penduduk Khotan menggunakan bahasa Saka Khotan, sebuah bahasa dari rumpun bahasa Iran Timur, dan bahasa Prakerta Gandhari, sebuah bahasa yang masih dekat dengan Bahasa Sanskerta. Terdapat perbedaan anggapan mengenai etnis dan antropologi dari penduduk Khotan, apakah mereka orang Asia Selatan penutur bahasa Gandhari atau orang Saka, orang Indo-Eropa yang bermigrasi dari Stepa Erasia. Mulai dari abad ke-3 M, bahasa Gāndhārī yang dipakai di Khotan juga mulai terpengaruh bahasa Saka. Bahasa Saka Khotan diakui sebagai bahasa resmi pemerintahan pada abad ke-10 dan digunakan oleh raja-raja Khotan dalam catatan pemerintahan.
Wilayah Cekungan Tarim telah dihuni oleh beberapa kelompok masyarakat berbahasa Indo-Eropa seperti orang Tokharia dan orang Saka.[6][7] Batu giok dari Khotan telah diperdagangkan ke China jauh sebelum Kota Khotan didirikan. Benda dari batu giok dari Khotan ditemukan di makam Dinasti Shang (Yin) dan Zhou. Perdagangan batu giok diyakini dilakukan oleh orang Yuezhi.[8]
Posisi geografis dari oasis tempat berdirinya Khotan menjadi faktor utama perkembangannya. Gurun Taklamakan di sebelah utara merupakan salah satu gurun paling kering di dunia sementara di selatan terdapat Pegunungan Kunlun (Qurum). Di sebelah timur hanya ada sedikit oasis setelah Niya sehingga perjalanan darat ke timur akan lebih sulit dibandingkan dengan perjalanan dari barat.[5][9] Khotan juga memperoleh air dari Sungai Yurung-kàsh[10] dan Kara-kàsh.
Kerajaan Khotan merupakan salah satu negara kecil yang berdada di wilayah Cekungan Tarim. Negara lainnya anatara lain adalah Yarkand, Loulan (Shanshan), Turfan, Kashgar, Karashahr, dan Kucha. Khotan bersama Kashgar, Karashahr, dan Kucha menjadi Empat Garnisun Anxi selema masa Dinasti Tang.[11] Di sebelah barat, terdapat Kerajaan Sogdiana dan Baktria. Khotan juga dikelilingi negara-negara besar seperti Kekaisaran Kushan, China, Tibet, dan Xiongnu yang seluruhnya pernah berusaha untuk melebarkan pengaruhnya ke Khotan.
Pada tahun 1006, pemimpin Kekhanan Kara-Khanid, Yusuf Kadir (Qadir) Khan dari Kashgar menguasai Khotan, mengakhiri keberadaan Khotan sebagai negara beragama Buddha merdeka.[12]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Archaeological GIS and Oasis Geography in the Tarim Basin". The Silk Road Foundation Newsletter. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 2007-07-21.
- ^ "The Sakan Language". The Linguist. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-01. Diakses tanggal 2007-08-02.
- ^ Stein, M. Aurel (1907). Ancient Khotan. Oxford: Clarendon Press.
- ^ Charles Higham (2004). Encyclopedia of Ancient Asian Civilizations. Facts on File. hlm. 143. ISBN 0-8160-4640-9.
- ^ a b Mallory, J. P.; Mair, Victor H. (2000), The Tarim Mummies: Ancient China and the Mystery of the Earliest Peoples from the West, London: Thames & Hudson, hlm. 77–81
- ^ Mukerjee, Radhakamal (1964), The flowering of Indian art: the growth and spread of a civilization, Asia Pub. House
- ^ Jan Romgard (2008). "Questions of Ancient Human Settlements in Xinjiang and the Early Silk Road Trade, with an Overview of the Silk Road Research Institutions and Scholars in Beijing, Gansu, and Xinjiang" (PDF). Sino-Platonic Papers (185): 40. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-02-06. Diakses tanggal 2016-11-22.
- ^ Jeong Su-il (17 Juli 2016). "Jade". The Silk Road Encyclopedia. Seoul Selection. ISBN 9781624120763.
- ^ "Section 4 – The Kingdom of Yutian 于寘 (modern Khotan or Hetian)".
- ^ Stein, Aurel. "Memoir on Maps of Chinese Turkistan and Kansu : vol.1".
- ^ Xue, Zongzheng (薛宗正). (1992). History of the Turks (突厥史). Beijing: Zhongguo shehui kexue chubanshe. ISBN 978-7-5004-0432-3; OCLC 28622013
- ^ James A. Millward (2007). Eurasian Crossroads: A History of Xinjiang. Columbia University Press. hlm. 55–. ISBN 978-0-231-13924-3.