iBet uBet web content aggregator. Adding the entire web to your favor.
iBet uBet web content aggregator. Adding the entire web to your favor.



Link to original content: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bada
To Bada - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke isi

To Bada

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Suku Bada)

Suku Bada (bahasa Pamona: To Bada), adalah sebuah suku bangsa di Sulawesi Tengah yang mendiami wilayah pedalaman Lembah Bada di Lore. Etnolog Swedia Walter Kaudern, mengklasifikasikan mereka sebagai subsuku Poso-Toraja.[1] A.C. Kruyt meyakini bahwa suku ini berasal dari arah utara dari wilayah yang mereka tempati saat ini, berdasarkan peninggalan megalitik yang ditelitinya di Bada. Kaudern berpendapat bahwa teori migrasi Kruyt ini keliru —menyebutnya sebagai teori yang "lemah"— dan menambahkan bahwa sangat sulit untuk mengetahui proses migrasi yang dilakukan oleh orang-orang Bada hanya dengan melakukan observasi pada batu-batu megalitik.[2]

Dari desa-desa suku yang tersebar di Lembah Bada, dua atau tiga di antaranya tergolong masih asli. Desa-desa ini termasuk Bulili, Badangkaia dan kemungkinan besar Gintu, sedangkan sisanya merupakan koloni dari desa-desa ini. Badangkaia dan Bulili dianggap sebagai pemukiman yang benar-benar tua, sebuah pendapat yang dikemukakan Kaudern setelah menemukan sejumlah besar batu —yang telah dipotong dalam bentuk mortir— di kedua desa tersebut, dan kelihatannya merupakan sisa-sisa dari periode sebelumnya. Penduduk Bada menjelang tahun 1920-an disebut sudah tidak mengetahui bagaimana cara mengukir batu. Desa-desa lain di lembah ini, yang terdiri dari Bewa, Kanda, Pada, Bomba, Lelio dan Kolori, semuanya terletak arah timur laut dari Bulili dan Gintu. Semuanya adalah desa koloni, yang didirikan oleh penduduk tiga desa tertua di Bada.[3]

To Bada memiliki sebuah koloni yang bernama Buyumpondoli, yang terletak di ujung utara Danau Poso. Kruyt mencatat bahwa interaksi antara penduduk koloni ini dan penduduk asli yang tinggal di lingkungan sekitar, menjadi lebih erat.[4]

Referensi

  1. ^ Kaudern 1925, hlm. 75.
  2. ^ Kaudern 1925, hlm. 76.
  3. ^ Kaudern 1925, hlm. 77.
  4. ^ Kaudern 1925, hlm. 79.

Bacaan lebih lanjut