iBet uBet web content aggregator. Adding the entire web to your favor.
iBet uBet web content aggregator. Adding the entire web to your favor.



Link to original content: http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Ainu
Orang Ainu - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke isi

Orang Ainu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Orang Ainu
Daerah dengan populasi signifikan
Jepang
Rusia.
Bahasa
Jepang, Ainu dan Rusia.
Agama
Animisme, Shamanisme, Gereja Ortodoks Rusia
Kelompok etnik terkait
Sejumlah genetisis memperkirakan bahwa orang Ainu memiliki ciri-ciri khas tetapi paling dekat dengan populasi lain di Jepang dan di Asia Timur, dengan orang Nivkh:[1]
Tonkori, alat musik tradisional khas orang Ainu.
Museum dan pusat promosi orang Ainu di Sapporo

Orang Ainu (アイヌ) IPA: [ʔáinu] аину (juga disebut Ezo dalam teks-teks sejarah) adalah sebuah kelompok etnis pribumi di Hokkaidō, Kepulauan Kuril, dan sebagian besar Sakhalin. Diduga ada lebih dari 150.000 orang Ainu saat ini; namun jumlahnya yang pasti tidak diketahui karena banyak orang Ainu yang menyembunyikan asal usul mereka karena masalah etnis di Jepang. Seringkali orang Ainu yang masih hidup pun tidak menyadari garis keturunan mereka, karena orang tua dan kakek-nenek mereka merahasiakannya untuk melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial.

Etnonim mereka yang paling terkenal berasal dari kata aynu, yang berarti "manusia" (dibedakan dengan kamuy, makhluk ilahi) dalam dialek Hokkaidō dari bahasa Ainu; Emishi, Ezo atau Yezo (蝦夷) adalah istilah-istilah bahasa Jepang, yang diyakini berasal dari bentuk leluhur kata Ainu Sakhalin modern enciw atau enju, yang juga berarti "manusia". Istilah Utari (ウタリ) (artinya "kamerad" dalam bahasa Ainu) kini lebih disukai oleh sejumlah anggota kelompok minoritas ini.

Pengakuan dari Jepang

[sunting | sunting sumber]

Orang Ainu lama dipaksa oleh pemerintah Jepang untuk berasimiliasi dengan orang Jepang (orang Yamato). Pemerintah mengesahkan undang-undang pada 1899 yang menyatakan bahwa orang Ainu adalah "bekas pribumi" (disebut "bekas" karena orang Ainu dimaksud akan berasimilasi). Pada 6 Juni 2008 parlemen Jepang mengesahkan resolusi yang mengakui bahwa orang Ainu adalah "penduduk pribumi dengan bahasa, kepercayaan, dan kebudayaan yang berbeda" sekaligus membatalkan undang-undang tahun 1899 tersebut.[2][3]

Pengakuan dari Rusia

[sunting | sunting sumber]

Sebagai akibat dari Perjanjian Saankt-Peterburg (1875), Kepulauan Kuril beserta penduduk orang Ainu berada dibawah kekuasaan Jepang. Ada total 83 orang Ainu dari Kuril utara yang memutuskan untuk tunduk kepada undang-undang Rusia, mereka tiba di Petropavlovsk-Kamchatsky pada 18 September 1877. Awalnya, mereka menolak tawaran dari pemerintah Rusia untuk pindah ke Kepulauan Commander. Akhirnya kesepakatan tercapai pada 1881 dan orang Ainu tersebut memutuskan untuk tinggal di desa Yavin. Pada Maret 1881, mereka mulai meninggalkan Petropavlovsk menuju Yavin dengan berjalan kaki. Empat bulan kemudian, mereka akhirnya tiba di rumah baru mereka. Seiring bertumbuhnya penduduk di Yavin, sebuah desa bernama Golygino pun dibangun. Dibawah komando Soviet, kedua desa tersebut dipaksa untuk dibongkar dan penduduknya dipindahkan ke daerah yang didominasi penuh oleh Rusia, yakni di Distrik Ust-Bolsheretsky sekitar Zaporozhye.[4] Dari hasil kawin campur, terbentuklah masyarakat Kamchadal. Tahun 1953, K. Omelchenko, menteri perlindungan militer dan rahasia negara di USSR, melarang media massa agar tidak mempublikasikan informasi apapun mengenai orang Ainu yang tinggal di USSR. Perintah ini dicabut dua dekade kemudian.[5]

Asal usul

[sunting | sunting sumber]

Asal usul orang Ainu belum sepenuhnya diketahui. Mereka sering kali dianggap Jōmon-jin, penduduk asli Jepang dari periode Jōmon. Penelitian DNA mutakhir mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari orang Jomon kuno di Jepang.[6] "Orang Ainu telah tinggal di tempat ini sejak 100.000 tahun sebelum Anak-anak Matahari datang" dikisahkan dalam salah satu dari Yukar Upopo (legenda Ainu) mereka.[7]

Budaya Ainu berasal dari sekitar 1200 M[8] dan penelitian mutakhir berpendapat bahwa hal ini berasal dalam penggabungan budaya Okhotsk dan Satsumon.[9] Ekonomi mereka didasarkan pada pertanian maupun berburu, menangkap ikan dan mengumpul.[10]

Laki-laki Ainu umumnya memiliki rambut yang lebat. Banyak peneliti awal menduga bahwa mereka keturunan Kaukasus, meskipun uji DNA mutakhir tidak menemukan garis keturunan Kaukasus. Uji genetik orang Ainu membuktikan bahwa mereka tergolong terutama kepada grup haplo-Y D.[11]

Satu-satunya tempat di luar Jepang di mana grup haplo-Y D lazim ditemukan adalah Tibet dan Kepulauan Andaman di Samudra Hindia.[12] Dalam sebuah studi oleh Tajima et al. (2004), dua dari 16 sampel (atau 12,5%) laki-laki Ainu ditemukan tergolong dalam grup haplo C3, yaitu grup haplo dengan kromosom Y yang paling umum di antara penduduk-penduduk pribumi di Rusia Timur Jauh dan Mongolia;[11] Hammer et al. (2006) menguji empat sampel lagi dari laki-laki Ainu dan menemukan bahwa salah satunya tergolong ke dalam grup haplo C3.[13]

Beberapa penelitian berspekulasi bahwa pembawa grup haplo C3 yang minoritas di antara orang Ainu ini mungkin mencerminkan suatu tingkat tertentu dari pengaruh genetik satu arah dari orang Nivkh, yang dengannya orang Ainu telah lama memiliki interaksi budaya.[11] Menurut Tanaka et al. (2004), garis mtDNA mereka umumnya terdiri dari grup haplo Y (21,6%) dan grup haplo M7a (15,7%).[14] Evaluasi kembali belakangan ini tentang ciri-ciri tulang tengkorak mereka menunjukkan bahwa suku Ainu lebih mirip dengan orang Okhotsk daripada dengan orang Jōmon.[15] Hal ini sesuai dengan rujukan kepada budaya Ainu sebagai gabungan dari budaya Okhotsk dan Satsumon yang dirujuk di atas.

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Atsushi Tajima, Masanori Hayami, Katsushi Tokunaga, Takeo Juji, Masafumi Matsuo, Sangkot Marzuki, Keiichi Omoto dan Satoshi Horai, "Genetic origins of the Ainu inferred from combined DNA analyses of maternal and paternal lineages", Journal of Human Genetics (2004) 49, halaman 187–193
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama bbc
  3. ^ Ito, M. (June 7, 2008). "Diet officially declares Ainu indigenous". The Japan Times. Diakses tanggal April 25, 2015. 
  4. ^ vostokmediaTV (March 21, 2011). Камчадальские айны добиваются признания. YouTube (dalam bahasa Rusia). 
  5. ^ "Айны". Kamchatka-Etno (dalam bahasa Rusia). 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 23, 2012. 
  6. ^ "Ainu: Spirit of a Northern People". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-08. Diakses tanggal 2008-06-08. 
  7. ^ Sjöberg, Katarina V. (1993). The Return of the Ainu: Cultural Mobilization and the Practice of Ethnicity in Japan. Studies in Anthropology and History. 9. Chur: Harwood Academic Publ. ISBN 3718654016. 
  8. ^ "The Boone Collection - Image Gallery: Ainu Artifacts". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-18. Diakses tanggal 2008-05-08. 
  9. ^ Sato, Takehiro (2007). "Origins and genetic features of the Okhotsk people, revealed by ancient mitochondrial DNA analysis". Journal of Human Genetics. 52 (7): 618–627. doi:10.1007/s10038-007-0164-z. 
  10. ^ "NOVA Online – Island of the Spirits – Origins of the Ainu". Diakses tanggal 2008-05-08. 
  11. ^ a b c Tajima, Atsushi (2004). "Genetic origins of the Ainu inferred from combined DNA analyses of maternal and paternal lineages". Journal of Human Genetics. 49 (4): 187–193. doi:10.1007/s10038-004-0131-x. 
  12. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2004-07-28. Diakses tanggal 2008-06-08. 
  13. ^ Hammer, Michael F. (2006). "Dual origins of the Japanese: common ground for hunter-gatherer and farmer Y chromosomes". Journal of Human Genetics. 51 (1): 47–58. doi:10.1007/s10038-005-0322-0. 
  14. ^ Tanaka, Masashi (2004). "Mitochondrial Genome Variation in Eastern Asia and the Peopling of Japan". Genome Research. 14: 1832–1850. doi:10.1101/gr.2286304. 
  15. ^ Shigematsu, Masahito (2004). "Morphological affinities between Jomon and Ainu: reassessment based on nonmetric cranial traits". Anthropological Science. 112 (2): 161–172. doi:10.1537/ase.00092.