Penyengauan
Penyengauan (Nasalisasi) | |
---|---|
◌̃ | |
Nomor IPA | 424 |
Pengodean karakter | |
Entitas (desimal) | ̃ |
Unikode (heks) | U+0303 |
Perubahan suara dan alternasi |
---|
Fortisi |
Disimilasi |
Dalam ilmu fonetika, penyengauan, pembindengan, atau nasalisasi merupakan suatu proses penghasilan suara saat velum digerakkan ke bawah, jadi beberapa aliran udara keluar melalui hidung saat bagian artikulasi lain (selain saluran hidung) mengalami produksi suara. Suara sengauan arketipal yang terjadi karena proses ini biasanya adalah [n].
Dalam Alfabet Fonetik Internasional, penyengauan diindikasikan oleh diakritik tilda U+0303 ◌̃ combining tilde (HTML: ̃
) yang ditulis diatas huruf untuk menunjukkan suara yang mengalami penyengauan, sebagai contoh, [ã] merupakan [a] yang mengalami penyengauan, dan [ṽ] merupakan [v] yang mengalami penyengauan. Diakritik subskrip [ą], yang biasa dipanggil sebagai ogonek atau nosinė, biasanya digunakan untuk mengindikasikan penyengauan saat sebuah vokal memiliki tanda nada yang akan memudahkan pembaca dalam memahami nada dan penyengauan dalam vokal tersebut. Sebagai contoh, [ą̄ ą́ ą̀ ą̂ ą̌] lebih dapat dilihat dengan benar pada kebanyakan font daripada [ã̄ ã́ ã̀ ã̂ ã̌].
Pembagian Nasalisasi
[sunting | sunting sumber]Nasalisasi dibagi dua:
- pertama, nasalisasi huruf konsanan/vokal yang bersuara (tidak luluh). Contoh: andai - mengandaikan, bantah- membantah, cinta- mencintai, duga -menduga,ejek - mengejek, fasilitas - memfasilitasi, gambar - menggambar, hukum - menghukum, iris - mengiris, jauh - menjauhi, makan - memakan, nikah - menikah, ompol - mengompol, qasar - mengqasar, usul - mengusulkan, vonis - memvonis, ziarah - menziarahi;
- kedua, nasalisasi konsonan yang tidak bersuara (luluh). Contoh: konsumsi - meng...onsumsi (konsonan /k/ luluh), taat - men...aati (konsonan /t/ luluh), sapu - meny...apu (konsonan /s/ luluh), populer - mem...opulerkan (konsonan /p/ luluh). Nasalisasi memopuplerkan mungkin agak tabu bagi para pengguna bahasa karena biasanya menggunakan kata mempopulerkan.
Lain halnya dengan kata kristal, tradisi, stabil, dan produksi. Nasalisasi luluh tidak berlaku pada bentukan kata tersebut karena memiliki dua huruf konsonan di awal kata, yaitu kr, tr, st, dan pr. Bentukan kata tersebut bukan: mengristal, menradisi, menyetabil, dan memroduksi, akan tetapi: mengkristal, mentradisi, menstabilkan, dan memproduksi. Kata berawalan kr, tr, st, dan pr tidak luluh bila diberikan prefiks me-N.