Kemang, Jakarta
Kemang adalah sebuah kawasan yang sebagian besar terletak di kecamatan Mampang Prapatan dan sebagian lainnya berada di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Indonesia. Kawasan utama Kemang berada di Jalan Kemang Raya, Jalan Prapanca Raya, dan Jalan Bangka Raya.
Kemang dikenal sebagai kawasan hunian mewah dan kawasan komersiil,[1][2] serta sebagai daerah yang rawan banjir.[3][4]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1950-an kawasan Kemang adalah sebuah kampung di Kelurahan Bangka yang merupakan kawasan perkebunan.[5] Nama Kemang berasal dari pohon buah kemang (Mangifera kemanga), sejenis mangga yang banyak ditemukan di daerah ini.[1][5]
Kemang awalnya adalah sebuah kampung Betawi yang memiliki masjid dengan gaya tradisional Jawa.[6] Pada tahun 1970-an kawasan ini berisi rumah yang terbuat dari kayu dengan penghuninya hidup dari bertani dan berkebun.[3] Pada akhir tahun 1970-an, pembangunan semakin kencang dengan adanya perpindahan penduduk dari Jakarta Pusat ke Jakarta Selatan hasil dari pelaksanaan Inpres Nomor 13 tahun 1976 tentang pengembangan wilayah Jabotabek.[2] Kemang mulai dikenal sebagai kawasan pemukiman mewah sejak tahun 1980-an, dan juga sebagai komunitas ekspatriat dikarena banyaknya penyewaan rumah kepada warga asing.[1][3] Pada tahun 1990-an sebagian besar warga Betawi penghuni asli Kemang sudah pindah ke selatan Jakarta, seperti Ciganjur, Jagakarsa, Depok dan Bogor.[3]
Pada tahun 1998, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengubah peruntukan Kemang dari perumahan menjadi kawasan komersial. Pada tahun berikutnya, ia memperkuat keputusan ini dengan mengeluarkan peraturan yang menyatakan Kemang sebagai "kampung modern" melalui SK Gubernur DKI Nomor 144 Tahun 1999.[2][3] Ini pun membawa lebih banyak kegiatan komersial ke Kemang, seperti rumah-rumah yang kemudian diubah menjadi toko ritel.[7] Walaupun begitu, kurangnya perencanaan perkotaan telah mengakibatkan kemacetan di jalanan Kemang yang relatif sempit.[8] Per tahun 2008, 73 persen lahan dan permukiman di Kemang berubah fungsi menjadi lahan komersial.[2] Terletak di antara dua aliran Sungai Krukut dan Sungai Mampang, tanpa ada pengendalian banjir, Kemang pun rawan banjir setiap musim hujan.[3][4]
Daya tarik
[sunting | sunting sumber]Sejak tahun 1970-an, Kemang telah tumbuh menjadi sebuah daerah yang dikenal secara internasional yang berorientasi menyediakan fasilitas seperti toko kerajinan tradisional, dan klub malam. Beberapa kampung asli masih ada di belakang kompleks perumahan dan apartemen di Kemang. Kesenjangan yang unik antara komunitas Muslim dan komunitas ekspatriat pun membuat Kemang menjadi terasa seperti sebuah kota tua daripada kota baru.[7] Saat ini, Kemang diisi dengan berbagai bisnis dan perumahan, serta hotel, bank, pujasera, restoran, kafe, bar, salon, klub malam dan toko-toko yang melimpah.[9][10] Ada juga lembaga-lembaga akademik dengan standar internasional di sini.
Kemang menjadi tuan rumah Kemang Festival, yang diadakan sekali atau dua kali setiap tahun sejak tahun 2001. Selama festival, Jalan Kemang Raya ditutup dari kendaraan bermotor dan pedagang kaki lima pun mengisi jalan untuk menawarkan souvenir tradisional, pakaian, dan makanan. Yayasan Design + Art Indonesia juga mengadakan pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) setiap tahunnya di grandkemang Hotel Jakarta.
Angkutan Umum
[sunting | sunting sumber]Kemang dapat dijangkau dengan menggunakan dua pilihan angkutan umum berikut ini:
- Bus Metrotrans disediakan oleh Transjakarta koridor 6N Blok M - Ragunan. Bus ini menggantikan bus Kopaja 605A jurusan Blok M - Ragunan.
- Bus Kopaja S605 jurusan Blok M - Kampung Rambutan
- Bus Metro Mini S75 jurusan Blok M - Pasar Minggu (tidak memasuki Kemang namun melalui Koridor 6, kemudian setelah Halte Mampang, berbelok ke kiri tepat di bawah jalur Koridor 13)
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Matanasi, Petrik (27 December 2017), "Kemang: 'Tempat Jin Buang Anak' jadi Kawasan Mentereng Jakarta", Tirto.id, diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-29, diakses tanggal 2021-03-24
- ^ a b c d Wibisono, Nuran (27 December 2017), "Kemang dalam Sepiring Besar Perubahan", Tirto.id, diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-21, diakses tanggal 2021-03-24
- ^ a b c d e f Fahmi, Yusron (31 Mar 2017), "Kemang, Tempat Jin Buang Anak yang Menjelma Kawasan Elite", Liputan 6, diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-25, diakses tanggal 2021-03-24
- ^ a b Permana, Rakhmad Hidayatulloh (22 Feb 2021), "Sejarah Kemang, Rumahnya Air yang Kini Langganan Banjir", Detik.com, diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-21, diakses tanggal 2021-03-24
- ^ a b Tifada, Detha Arya; Indrawan, Aditya Fajar (3 Jan 2020), "Asal Usul Kemang, Daerah Resapan yang (Kini) Padat Penduduk", VOI, diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-29, diakses tanggal 2021-03-24
- ^ Shahab, Alwi (2001). Robinhood Betawi: kisah Betawi tempo doeloe. Republika. hlm. 119–122. ISBN 9789793210001. Diakses tanggal July 30, 2017.
- ^ a b T. Sima Gunawan (September 6, 2006). "Kemang - Modern Kampong: Jakarta, Indonesia". Indonesia in Focus. Planet Mole. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-07. Diakses tanggal July 30, 2017.
- ^ "Eksekusi Lahan di Kemang Raya Akibatkan Kemacetan". May 21, 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-07. Diakses tanggal July 30, 2017.
- ^ Jessicha Valentina. "JakPost guide to Jl. Kemang Raya: Part 1". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-03. Diakses tanggal 2017-07-30.
- ^ Gianina Ivodie Gilardino. "Jakpost guide to Jl. Kemang Timur". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-21. Diakses tanggal 2017-08-09.