Dalapuli, Pinogaluman, Bolaang Mongondow Utara
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Dalapuli | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sulawesi Utara | ||||
Kabupaten | Bolaang Mongondow Utara | ||||
Kecamatan | Pinogaluman | ||||
Kode pos | 95765 | ||||
Kode Kemendagri | 71.08.06.2004 | ||||
|
Dalapuli adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Pinogaluman, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Menurut cerita para pendahulu wilayah Dalapuli adalah suatu wilayah pedukuhan dari Desa Buko yang dihuni oleh orang-orang yang datang dari daerah Gorontalo pada tahun 1901. Adapun nama Dalapuli berasal dari kata/kalimat bahasa daerah gorontalo yaitu: Wadala artinya kuda, dan Lopuli artinya tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah.
Berdasarkan dalam cerita orang tua-tua konon pada masa dahulu ada disuatu tempat tinggal, terdapat dua kerajaan besar dari dua wilayah yang berbeda yakni Kerajaan Atinggola yang berkedudukan di wilayah hulu Atinggola dan Kerajaan Kaidipang yang berkedudukan di pesisir pantai yaitu di Kota Jin
Pada suatu saat anak Raja Atinggola oleh beberapa sebab di bunuh oleh Raja Kaidipang yang ada di Kota Jin, maka dengan adanya peristiwa tersebut timbulah perselisihan di antara kedua raja tersebut dan akhirnya terjadi peperangan dan Raja Kaidipang yang ada di kota jin dipukul mundur dan meninggalkan tempat tersebut.
Beberapa selang waktu kemudian setelah meninggalkan Kota Jin raja dan para pengikutnya menyelusuri pesisir pantai dan menuju kearah timur dan singgah di beberapa tempat seperti Buko, Tuntung dan di kawasan timur pesisir pantai. Beberapa saat kemudian raja dan prajuritnya singgah istirahat disuatu tempat yang benama Tuntung, kemudian raja mengutus seorang pengawal dengan kendaraan berkuda untuk mengecek apakah ada mata-mata yang diutus dari Kerajaan Atinggola untuk memata-matai kelompok Kerajaan Kaidipang dan begitu pula sebaliknya, Kerajaan Atinggola mengutus seorang prajurit untuk mengecek dan mengantisipasi ada serangan balik dari Kerajaan Kaidipang. Pada saat bersamaan, bertemulah kedua pengawal dari kerajaan berbeda tersebut dan akhirnya terjadilah perkelahian dan pertarungan yang sengit sehingga mengakibatkan kedua prajurit kerajaan pun tewas, tidak ada yang menang ataupun kalah dalam pertarungan itu. Sehingga dengan adanya peristiwa tersebut orang-orang pada zaman itu menyebut dengan nama wadala lopuli artinya pertarungan pengawal berkuda yang tidak ada kalah ataupun menang. Maka tempat/wilayah dan peristiwa pertarungan pengawal berkuda dari masing-masing kerajaan itu merupakan sejarah dari penamaan Desa Dalapuli yang gabungan kata antara wadala lopuli.
Dalam masa sebelum merdeka atau dalam masa penjajahan Belanda VOC, Dalapuli adalah wilayah pemukiman dari Desa buko yang dipimping oleh pahlawan (paha) bernama D. Toana. wilayah pedukuhan Dalapuli yang wilayahnya luas, memiliki areal pertanian dan perkebunan serta hasl-hasil lain, dan penduduk semakin banyak berdatangan dan tinggal di desa dalapuli dengan alasan wilayahnya yang subur. Maka pada tahun 1942 oleh Raja Kaidipang. Pemukiman Dalapuli diputuskan menjadi Desa Dalapuli terpisah dari Desa Buko, dan menjabat sangadi pertama pada waktu itu diangkatlah D. Toana oleh Raja Kaidipang. Sejak saat itu Desa Dalapuli mulai menata diri sebagai desa definitive dengan mengurus rumah tangga sendiri, di bawah kepemimpinan para sangadi yang pernah menjabat sangadi di Desa Dalapuli seterusnya.
Referensi
[sunting | sunting sumber]