iBet uBet web content aggregator. Adding the entire web to your favor.
iBet uBet web content aggregator. Adding the entire web to your favor.



Link to original content: http://id.wikipedia.org/wiki/Biawak
Biawak - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke isi

Biawak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Biawak
Komodo (Varanus komodoensis)
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Squamata
Famili: Varanidae
Merrem, 1820
Genus: Varanus
Merrem, 1820
Spesies

Lihat pada teks.

Biawak .[1][2]

Jenis biawak terbesar dan terkenal di dunia ialah komodo (Varanus komodoensis), yang panjangnya dapat melebihi 3 m. Biawak ini memburu hewan-hewan berukuran menengah dan besar seperti rusa, babi hutan dan anak kerbau. Bahkan ada kasus-kasus Komodo menyerang manusia, meskipun jarang. Biawak ini hanya menyebar terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara, seperti di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, dan di pantai barat Pulau Flores.[3]nis Varanus salvator. Panjang tubuhnya (moncong hingga ujung ekor) umumnya hanya sekitar 1 meter, meskipun ada pula yang dapat mencapai 2,5 meter.[4]

Habitat dan Makanan

[sunting | sunting sumber]
Biawak air biasa (Varanus salvator)

Biawak biasanya tinggal tidak jauh dari perairan, biasanya di hutan lembap, padang rumput, dan sekitar hilir sungai. Di daerah perkotaan, biawak kerap ditemukan di gorong-gorong saluran air yang bermuara ke sungai. Biawak memakan meragam jenis makanan, mulai dari serangga, ketam, berbagai jenis kodok, ikan, reptilia kecil, burung, serta mamalia kecil seperti tikus dan cerurut. Jenis-jenis besar seperti Komodo juga memangsa hewan besar seperti rusa atau babi hutan.Biawak juga kerap mencuri dan memakan telur atau memangsa anak burung. Sering ditemui biawak mengambil dan memakan telur kura-kura, penyu atau telur buaya.[5][6][7]

Kebiasaan dan Reproduksi Biawak

[sunting | sunting sumber]

Biawak sangat pandai memanjat dan berenang. Di musim kawin, biawak jantan biasanya berkelahi lebih dulu untuk memperlihatkan kekuasaannya atau untuk memperebutkan biawak betina. Pertarungan biawak dilakukan sambil ‘berdiri’. Kedua biawak itu lalu saling memukul atau saling tolak sambil berdiri pada kaki belakangnya, sehingga tampak seperti menari bersama. Perkembangbiakan biawak adalah dengan bertelur. Telur-telur biawak disimpan di pasir atau lumpur di tepian sungai, bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting. Temperatur di sekitar sarangnya sangat mempengaruhi jenis kelamin dari bayi biawak yang akan menetas. Jika temperaturnya tinggi, bayi jantan akan menetas lebih banyak, dan sebaliknya, apabila rendah, maka bayi betina lebih banyak menetas.[8][9]

Biawak dan manusia

[sunting | sunting sumber]

Sejak ribuan tahun, biawak menjadi salah satu buruan manusia. Biawak diburu untuk dimanfaatkan kulitnya sebagai bahan perhiasan, dan dagingnya sebagai bahan makanan atau untuk obat. Perdagangan kulit biawak telah menghidupi beribu-ribu orang, mulai dari penangkap biawak di desa-desa, pengumpul, pengolah, eksportir, hingga industri kulit. Tidak kurang dari satu juta potong kulit biawak air dikumpulkan setiap tahunnya dari berbagai penjuru dunia.[10] Biawak ditangkap orang dengan cara dijerat. Jerat atau kail tersebut dipasang di tempat yang sering didatangi biawak. Umpan yang digunakan umumnya daging hewan lain.[11][12][13][14]

Jenis-jenis Biawak

[sunting | sunting sumber]

Berikut adalah jenis-jenis biawak menurut situs Reptile Database (2018).

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ LIPI et. al. 2010
  2. ^ Ed Yong, "Florida’s Dragon Problem", The Atlantic April 20, 2016
  3. ^ Bauer, Aaron M. (1998). Cogger, H.G.; Zweifel, R.G., ed. Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. San Diego: Academic Press. hlm. 157–159. ISBN 0-12-178560-2. 
  4. ^ Pianka, Eric R.; King, Dennis R; King, Ruth Allen (2004). Varanoid Lizards of the World. Bloomington, Indiana: Indiana University Press. 
  5. ^ Auffenberg, Walter (1981). The Behavioral Ecology of the Komodo Monitor. University Press of Florida. 
  6. ^ Welton, L. J.; Siler, C. D.; Bennett, D.; Diesmos, A.; Duya, M. R.; Dugay, R.; Rico, E. L. B.; Van Weerd, M.; Brown, R. M. (2010). "A spectacular new Philippine monitor lizard reveals a hidden biogeographic boundary and a novel flagship species for conservation". Biology Letters. 6 (5): 654–658. doi:10.1098/rsbl.2010.0119. PMC 2936141alt=Dapat diakses gratis. PMID 20375042. 
  7. ^ Struck, U; Altenbach, AV; Gaulke, M; F, Glaw (2002). "Tracing the diet of the monitor lizard Varanus mabitang by stable isotope analyses (d15N, d13C)". Naturwissenschaften. 89: 470–473. doi:10.1007/s00114-002-0361-8. 
  8. ^ McCurry, Matthew R.; Mahony, Michael; Clausen, Phillip D.; Quayle, Michelle R.; Walmsley, Christopher W.; Jessop, Tim S.; Wroe, Stephen; Richards, Heather; McHenry, Colin R. (2015). "The Relationship between Cranial Structure, Biomechanical Performance and Ecological Diversity in Varanoid Lizards". PLoS ONE. 10 (6): e0130625. doi:10.1371/journal.pone.0130625. PMC 4479569alt=Dapat diakses gratis. PMID 26106889. 
  9. ^ Clemente, C. J.; Thompson, G. G.; Withers, P. C. (2009). "Evolutionary relationships of sprint speed in Australian varanid lizards". Journal of Zoology. 278 (4): 270–280. doi:10.1111/j.1469-7998.2009.00559.x. 
  10. ^ Shine et al. 1996, Biological Conservation 77 : 125-134
  11. ^ Mark K. Bayless (2004). "The local names of Pacific monitor lizards (Sauria: Varanidae) of Oceania & Indo-Malaysia, excluding Australia" (PDF). Micronesia. 37 (1): 49–55. 
  12. ^ Maren Gaulke (1992). "Taxonomy and biology of Philippine water monitors (Varanus salvator)". The Philippine Journal of Science. 121 (4): 345–381. 
  13. ^ "Meats We Also Eat". The Telegraph India (dalam bahasa Inggris). 2017-01-08. Diakses tanggal 2018-08-12. 
  14. ^ Ghimire, H. R., Phuyal, S., & Shah, K. B. (2014). "Protected species outside the protected areas: People's attitude, threats and conservation of the Yellow Monitor (Varanus flavescens) in the Far-western Lowlands of Nepal". Journal for Nature Conservation. 22 (6): 497–503. doi:10.1016/j.jnc.2014.08.003.