iBet uBet web content aggregator. Adding the entire web to your favor.
iBet uBet web content aggregator. Adding the entire web to your favor.



Link to original content: http://id.m.wikipedia.org/wiki/Transduksi_sinyal_selular
Persinyalan sel - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Persinyalan sel (bahasa Inggris: Cell signaling) adalah bagian sebuah sistem komunikasi yang sangat kompleks pada tingkat seluler yang mengatur aktivitas dan koordinasi antar sel. Sebagai contoh, budding pada khamir Saccharomyces cerevisiae. Sel-sel khamir yyberkomunikasi dengan sel lainnya untuk perkawinan dengan mensekresikan beberapa macam peptida pendek. Molekul peptida tersebut merupakan isyarat ekstraseluler fungsional pada jarak dekat maupun jauh, dengan pencerap yang spesifik.

Pada umumnya proses isyarat seluler terdiri dari tiga tahap yaitu:

  • Transduksi; menimbulkan perubahan konfrontasi pada pencerap yang menyebabkan interaksi antara pencerap dengan molekul intraselular. Transduksi juga dapat menyebabkan perubahan konformasi/struktural pada protein seluler lainnya, misalnya aktivasi enzim.[1]
  • Pencerap; mirip dengan mekanisme reaksi kimiawi antara enzim dengan substrat yang membentuk kompleks enzim-substrat, seperti analogi kunci dan gembok. Molekul ligan yang biasanya bersifat hidrofilik hanya dikenali oleh satu pencerap protein yang terikat dengan membran sel.
  • Respon; berupa aktivitas seluler, sebagai katalisis enzim atau penyusunan kembali sitoskeleton atau aktivitas gen yang bersifat spesifik.

Transduksi ekstraselular

sunting

Sinyal komunikasi ekstraselular, umumnya meliputi 6 tahapan: sintesis, pelepasan molekul isyarat, transpor isyarat menuju sel target, deteksi molekul isyarat oleh protein pencerap khusus, perubahan pada metabolisme, fungsi dan perkembangan seluler, peluruhan molekul isyarat yang sering kali disertai dengan terhentinya respon seluler.[2]

Pada eukariota, transduksi ekstraselular terjadi oleh sekresi molekul tertentu yang diklasifikasikan menjadi tiga bagian endokrin, parakrin, dan otokrin berdasarkan jarak tempuh isyarat.

Sinyal endokrin

sunting

Sinyal endokrin secara khusus disebut hormon, mempunyai jarak tempuh yang sangat jauh dari organ endokrin tempat sintesis molekul dengan sel target. Pada hewan, hormon biasanya diusung oleh darah mengarungi jarak tempuh yang jauh tersebut.[3]

Sinyal parakrin

sunting

Molekul isyarat parakrin yang dilepaskan oleh sebuah sel hanya berpengaruh terhadap sel target yang berada disekitarnya. Salah satu contoh isyarat parakrin adalah pulsa elektrik yang dilepaskan oleh neuron ke sel saraf yang lain, dan dari neuron ke sel otot.[4]

Saat teraktivasi oleh isyarat parakrin dari sel saraf lain, neuron mengirimkan impuls elektrik secara cepat di sepanjang akson; ketika impuls mencapai ujung akson, ujung saraf akan mensekresikan isyarat kimiawi yang disebut neurotransmiter. Sinyal ini disekresikan ke cell junctions khusus yang disebut chemical synapses.

Proses transduksi oleh akson memungkinkan sel saraf untuk melakukan regulasi terhadap sel target seperti sel otot yang terletak jauh sekali dari pusat saraf.

Sinyal otokrin

sunting

Sinyal otokrin merupakan isyarat yang direspon oleh sel-sel sejenis dengan sel yang melepaskan molekul isyarat. Faktor pertumbuhan merupakan isyarat jenis ini, yang merupakan stimulator bagi sel-sel sejenis untuk tumbuh berkembang dan melakukan proliferasi. Sinyal otokrin sangat umum ditemukan dalam kasus tusekresi sel-sel dari grup yang serupa akan berikatan kembali dengan pencerapnya sendiri. Autocrine signaling merupakan tipe paling efektif ketika dilakukan secara serempak dengan sel-sel tetangga yang tipenya sama.

Transduksi ini dianggap sebagai suatu mekanisme yang mendasari "efek komunitas" pada perkembangan seluler awal, selama grup sel-sel serupa merespon isyarat yang menginduksi diferensiasi tetapi tidak dapat pada sel tunggal bertipe sama yang terisolir. Sel kanker sering kali menggunakan autocrine signaling untuk mengatasi kontrol normal pada perkembangbiakan dan kelangsungan hidup sel.

Reseptor molekul isyarat

sunting

Ada dua tipe reseptor yaitu reseptor intraseluler dan reseptor permukaan sel. Reseptor intraseluler ada yang lambat (mengubah ekspresi gen) dan cepat (mengubah fungsi protein). Contoh reseptor intraseluler yang cepat adalah isyarat gas nitrat oksida (NO) yang berikatan secara langsung dengan enzim di bagian dalam sel target.

Gap junctions membolehkan informasi isyarat untuk dibagi dengan sel-sel tetangga. Saluran-saluran gap junctions membolehkan pertukaran molekul-molekul isyarat intraseluler kecil (perantara intraseluler), seperti Ca2+ dan cyclic AMP, tetapi bukan makromolekul, seperti protein atau asam nukleat. Sel-sel yang terhubung dengan gap junctions dapat berkomunikasi dengan sel lainnya secara langsung.

Tiga kelas terbesar pada protein reseptor permukaan sel adalah reseptor terhubung kanal ion, reseptor terhubung-protein G (GPCR),[5] dan reseptor terhubung enzim.

  • Reseptor terhubung kanal ion juga dikenal sebagai kanal ion teraktivasi ligan atau reseptor ionotropik. Reseptor ini membuka atau menutup secara singkat sebagai respon atas pengikatan suatu neurotransmiter.
  • Reseptor terhubung-protein G (GPCR): memerantarai respon terhadap berbagai macam molekul isyarat, meliputi hormon, neurotransmiter, dan perantara lokal. Semua GPCR termasuk famili besar homolog protein 7-pass transmembrane. Reseptor ini dapat mengaktivasi atau inaktivasi enzim yang terikat pada membran plasma atau kanal ion melewati protein G secara tidak langsung.
  • Reseptor terhubung enzim memiliki enam subfamili yaitu reseptor tirosin kinase, reseptor-terhubung tirosin-kinase, reseptor mirip tirosin fosfatase, reseptor serine/threonine kinase, reseptor guanilil siklase, dan reseptor terhubung histidine-kinase. Protein reseptor ini merupakan protein transmembran dengan domain pengikatan ligan pada permukaan luar membran plasma. Contoh: kemotaksis bakteri yang diperantarai oleh reseptor kemotaksi terhubung histidine-kinase.

Transduksi pada tumbuhan

sunting

Reseptor serine/threonin kinase berfungsi sebagai reseptor permukaan sel tumbuhan. Perbedaan dengan sel hewan adalah kebanyakan reseptor permukaan sel hewan adalah G-protein-linked receptors, sedangkan kebanyakan di tumbuhan adalah enzyme-linked receptors. Kelas terbesar enzyme-linked receptors di hewan adalah reseptor tirosin kinase. Tipe yang paling melimpah pada reseptor tumbuhan ini adalah Leucine-rich repeats (LRR) proteins.[6] LRR reseptor kinase berbeda disebut BRI1 bertindak sebagai reseptor hormon steroid permukaan sel pada Arabidopsis.

Tumbuhan dan hewan menggunakan protein yang merangsang cahaya untuk merasa cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Di tumbuhan, biasanya dikenal sebagai fotoreseptor. Hewan menggunakan beberapa famili fetoprotein sama yang digunakan oleh tumbuhan. Fotoprotein hewan yang paling luas dipelajari adalah rhodopsin yang terikat membran, G-protein-linked receptors yang meregulasi ion channel pada sel-sel retina yang sensitif terhadap cahaya. Fotoprotein tumbuhan yang paling dikenal adalah fitokrom yang ada di semua tumbuhan dan beberapa algae. Walaupun fitokrom memiliki aktivitas serine/threonin kinase, sebagian strukturnya menyerupai hisridin kinase yang terlibat dalam kemotaksis bakteri. Fitokrom dapat mendeteksi cahaya merah. Tumbuhan merasa cahaya biru dengan menggunakan 2 tipe fetoprotein yaitu fototropin dan kriptokrom. Fototropin berhubungan dengan membran plasma dan sebagian bertanggung jawab untuk fototropisme. Kriptokrom merupakan flavoprotein yang sensitif terhadap cahaya biru. Secara struktur, kriptokrom berkaitan dengan enzim yang sensitif terhadap cahaya biru yang disebut fotoliase, yang terlibat dalam perbaikan kerusakan DNA yang diinduksi ultraviolet pada semua organisme, kecuali sebagian besar mamalia. Tidak seperti fitokrom, kriptokrom juga ditemukan di hewan dan tidak memiliki aktivitas perbaikan DNA, tetapi kriptokrom dianggap berkembang dari fotoliase.

Referensi

sunting
  1. ^ Gomperts, Bastien D.; Kramer, ljsbrand M.; Tatham, Peter E. R. (2009-09-22). Signal Transduction (dalam bahasa Inggris). Academic Press. hlm. 1. ISBN 978-0-08-091905-8. 
  2. ^ (Inggris) Harvey Lodish, Arnold Berk, S Lawrence Zipursky, Paul Matsudaira, David Baltimore, dan James Darnell (2000). Molecular Cell Biology (edisi ke-4). W. H. Freeman. hlm. 20.1 Overview of Extracellular Signaling. ISBN 0-7167-3136-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-02-06. Diakses tanggal 2010-09-19. 
  3. ^ Reece, Jane B.; Meyers, Noel; Urry, Lisa A.; Cain, Michael L.; Wasserman, Steven A.; Minorsky, Peter V. (2015-05-20). Campbell Biology Australian and New Zealand Edition (dalam bahasa Inggris). Pearson Higher Education AU. hlm. 1020. ISBN 978-1-4860-1229-9. 
  4. ^ University, The Open. Cell signalling (dalam bahasa Inggris). The Open University. hlm. 15. 
  5. ^ Devi, Lakshmi A. (2008-03-01). The G Protein-Coupled Receptors Handbook (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. hlm. 126. ISBN 978-1-59259-919-6. 
  6. ^ Spanu, Pietro D.; Panstruga, Ralph (2017-04-20). Biotrophic Plant-Microbe Interactions (dalam bahasa Inggris). Frontiers Media SA. hlm. 172. ISBN 978-2-88945-138-8.