iBet uBet web content aggregator. Adding the entire web to your favor.
iBet uBet web content aggregator. Adding the entire web to your favor.



Link to original content: http://id.m.wikipedia.org/wiki/Tokoh
Manusia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Manusia

nama umum Homo sapiens, satu-satunya spesies genus Homo yang masih ada
(Dialihkan dari Tokoh)

Manusia (Homo sapiens) adalah spesies primata yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas. Mereka adalah jenis kera besar yang dicirikan oleh gaya berjalan dua kaki dan kemampuan kognitif yang mumpuni berkat otak mereka yang besar dan kompleks. Manusia adalah makhluk yang sangat sosial dan cenderung hidup dalam struktur sosial yang kompleks yang terdiri dari banyak kelompok yang saling bekerja sama dan bersaing, mulai dari keluarga dan jaringan kekerabatan hingga negara politik. Oleh karenanya, interaksi sosial antara manusia telah membentuk berbagai macam nilai, norma sosial, bahasa, dan ritual, yang masing-masing menopang komunitas manusia. Keinginan untuk memahami dan mempengaruhi fenomena telah memotivasi manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, hukum, mitologi, agama, dan bidang studi lainnya.

Manusia[1]
Rentang waktu: 0,35–0
Pleistosen TengahKini
Laki-laki (kiri) dan perempuan (kanan) dari suku Akha di Thailand bagian utara
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Primata
Subordo: Haplorhini
Infraordo: Simiiformes
Famili: Hominidae
Subfamili: Homininae
Tribus: Hominini
Genus: Homo
Spesies:
H. sapiens
Nama binomial
Homo sapiens
Linnaeus, 1758
Subspesies
Peta persebaran populasi Homo sapiens
Sinonim
Sinonim spesies[1]
  • aethiopicus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • americanus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • arabicus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • aurignacensis
    Klaatsch & Hauser, 1910
  • australasicus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • cafer
    Bory de St. Vincent, 1825
  • capensis
    Broom, 1917
  • columbicus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • cro-magnonensis
    Gregory, 1921
  • drennani
    Kleinschmidt, 1931
  • eurafricanus
    (Sergi, 1911)
  • grimaldiensis
    Gregory, 1921
  • grimaldii
    Lapouge, 1906
  • hottentotus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • hyperboreus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • indicus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • japeticus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • melaninus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • monstrosus
    Linnaeus, 1758
  • neptunianus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • palestinus
    McCown & Keith, 1932
  • patagonus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • priscus
    Lapouge, 1899
  • proto-aethiopicus
    Giuffrida-Ruggeri, 1915
  • scythicus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • sinicus
    Bory de St. Vincent, 1825
  • spelaeus
    Lapouge, 1899
  • troglodytes
    Linnaeus, 1758
  • wadjakensis
    Dubois, 1921
Dua anak perempuan manusia

Meskipun beberapa ilmuwan memperlakukan istilah manusia sama dengan semua anggota genus Homo, dalam penggunaan umum, istilah hari ini biasanya merujuk pada Homo sapiens, satu-satunya anggota Homo yang masih ada. Manusia modern secara anatomis muncul sekitar 300.000 tahun yang lalu di Afrika, berevolusi dari Homo heidelbergensis atau spesies yang serupa dan bermigrasi keluar dari Afrika, secara bertahap menggantikan atau melakukan kawin silang dengan populasi lokal manusia purba. Manusia merupakan pemburu-pengumpul yang hidup berpindah-pindah selama sebagian besar rentang sejarahnya. Manusia mulai menunjukkan perilaku modern sekitar 160.000-60.000 tahun yang lalu. Revolusi Neolitikum, yang dimulai di Asia Barat Daya sekitar 13.000 tahun yang lalu (dan secara terpisah di beberapa tempat lain), melahirkan pertanian dan pemukiman manusia yang permanen. Ketika populasi manusia menjadi lebih besar dan lebih padat, bentuk-bentuk pemerintahan berkembang di dalam dan di antara mereka, dan sejumlah peradaban telah bangkit dan runtuh. Manusia terus berkembang, dengan populasi global mencapai lebih dari 8 miliar hingga tahun 2022.

Faktor gen dan lingkungan memengaruhi variasi biologis manusia dalam karakteristik tampilan, fisiologi, kerentanan terhadap penyakit, kemampuan mental, ukuran tubuh, dan rentang hidup. Meskipun manusia bervariasi dalam banyak sifat (seperti pembawaan genetik dan ciri-ciri fisik), setiap dua orang manusia setidaknya 99% mirip secara genetik. Manusia secara seksual bersifat dimorfik: secara umum, laki-laki memiliki tubuh yang lebih kuat dan perempuan memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi. Pada masa pubertas, manusia mengembangkan karakteristik seks sekunder. Wanita dapat hamil, biasanya antara masa pubertas, sekitar 12 tahun, hingga masa menopause, sekitar usia 50 tahun.

Manusia tergolong omnivora, mereka mampu mengonsumsi berbagai macam jenis tumbuhan dan binatang, dan telah menggunakan api dan bentuk panas lainnya untuk menyiapkan dan memasak makanan sejak zaman H. erectus. Manusia dapat bertahan hidup hingga delapan minggu tanpa makanan dan tiga atau empat hari tanpa air. Manusia pada umumnya aktif di siang hari, tidur rata-rata tujuh hingga sembilan jam per hari. Melahirkan bagi mereka adalah proses yang membahayakan, dengan risiko komplikasi dan kematian yang tinggi. Seringkali, baik ibu maupun ayah merawat anak-anak mereka, yang tidak berdaya saat dilahirkan, karena manusia adalah spesies altricial.

Manusia memiliki korteks prefrontal yang berukuran besar dan berkembang, bagian otak ini merupakan yang bertanggung jawab atas kemampuan kognisi yang lebih tinggi. Manusia memiliki kecerdasan yang tinggi, mempunyai ingatan episodik, memiliki ekspresi wajah yang fleksibel, kesadaran diri, dan teori pikiran. Pikiran manusia mampu melakukan introspeksi, pemikiran pribadi, imajinasi, tekad, dan membentuk pandangan tentang eksistensi. Hal ini memungkinkan kemajuan teknologi yang luar biasa dan pengembangan alat yang rumit melalui penalaran yang kompleks dan penerusan pengetahuan kepada generasi berikutnya. Bahasa, seni, dan perdagangan adalah karakteristik mendasar manusia. Rute perdagangan jarak jauh mungkin telah menyebabkan ledakan budaya dan distribusi sumber daya yang memberi manusia keunggulan dibandingkan spesies lain yang serupa.

Evolusi

sunting

Manusia adalah kera (superfamili Hominoidea).[2] Garis keturunan kera yang akhirnya memunculkan manusia pertama kali berpisah dari owa (famili Hylobatidae) dan orangutan (genus Pongo), kemudian gorila (genus Gorilla), dan terakhir simpanse dan bonobo (genus Pan). Perpisahan terakhir, antara garis keturunan manusia dan simpanse-bonobo, terjadi sekitar 8-4 juta tahun yang lalu, pada akhir zaman Miosen.[3][4][5] Selama perpisahan ini, kromosom 2 terbentuk dari penggabungan dua kromosom lainnya, sehingga manusia hanya memiliki 23 pasang kromosom, dibandingkan dengan 24 pasang kromosom untuk kera lainnya.[6] Setelah perpisahan dengan simpanse dan bonobo, hominid terdiversifikasi menjadi banyak spesies dan setidaknya dua genera yang berbeda. Semua garis keturunan genus Homo telah punah kecuali Homo sapiens.[7]

Hominoidea (hominoid, kera besar)

Hylobatidae (owa)

Hominidae (hominid, kera besar)
Ponginae
Pongo (orang utan)

Pongo abelii

Pongo tapanuliensis

Pongo pygmaeus

Homininae
Gorillini
Gorilla (gorila)

Gorilla gorilla

Gorilla beringei

Hominini (hominin)
Panina
Pan (simpanse)

Pan troglodytes

Pan paniscus

Hominina

Homo sapiens (manusia)

 
Rekonstruksi terhadap Lucy, kerangka Australopithecus afarensis pertama yang ditemukan.

Genus Homo berevolusi dari Australopithecus.[8][9] Meskipun fosil-fosil dari masa transisi ini langka, anggota Homo yang paling awal memiliki beberapa ciri-ciri utama yang sama dengan Australopithecus.[10][11] Catatan paling awal dari Homo adalah spesimen berusia 2,8 juta tahun, LD 350-1 dari Ethiopia, dan spesies yang paling awal adalah Homo habilis dan Homo rudolfensis yang berevolusi 2,3 juta tahun yang lalu.[11] H. erectus (varian Afrika kadang-kadang disebut H. ergaster) berevolusi 2 juta tahun yang lalu dan merupakan spesies manusia purba pertama yang meninggalkan Afrika dan menyebar ke seluruh Eurasia.[12] H. erectus juga merupakan yang pertama kali mengembangkan bentuk tubuh yang khas sebagaimana manusia. Homo sapiens muncul di Afrika sekitar 300.000 tahun yang lalu berevolusi dari spesies yang umumnya dikenali sebagai H. heidelbergensis atau H. rhodesiensis, yakni keturunan H. erectus yang masih ada di Afrika.[13] H. sapiens bermigrasi keluar dari benua tersebut, secara bertahap menggantikan atau kawin silang dengan populasi manusia purba setempat.[14][15][16] Manusia mulai menunjukkan perilaku modern sekitar 160.000-70.000 tahun yang lalu,[17] dan mungkin lebih awal.[18]

Migrasi "keluar dari Afrika" terjadi setidaknya dalam dua gelombang, gelombang pertama sekitar 130.000 hingga 100.000 tahun yang lalu, gelombang kedua (Penyebaran Selatan) sekitar 70.000 hingga 50.000 tahun yang lalu.[19][20] H. sapiens kemudian menjajah semua benua dan pulau-pulau besar, tiba di Eurasia 125.000 tahun yang lalu,[21][22] Australia sekitar 65.000 tahun yang lalu,[23] Amerika sekitar 15.000 tahun yang lalu, dan pulau-pulau terpencil seperti Hawaii, Pulau Paskah, Madagaskar, dan Selandia Baru antara tahun 300 hingga 1280 M.[24][25]

Evolusi manusia tidaklah berlangsung secara linier atau bercabang, melainkan melibatkan perkawinan silang antara spesies-spesies terkait.[26][27][28] Penelitian genom telah menunjukkan bahwa hibridisasi antara garis keturunan yang berbeda secara substansial adalah hal yang umum dalam evolusi manusia.[29] Bukti DNA menunjukkan bahwa beberapa gen yang berasal dari Neanderthal ada di antara semua populasi non-Sahara Afrika, dan Neanderthal serta hominin lain, seperti Denisovan, tampaknya telah menyumbangkan hingga 6% dari genom mereka kepada manusia non-Sahara Afrika saat ini.[26][30][31]

Evolusi manusia ditandai dengan sejumlah perubahan morfologis, perkembangan, fisiologis, dan perilaku yang telah terjadi sejak perpecahan antara nenek moyang terakhir manusia dan simpanse. Yang paling signifikan dari adaptasi ini adalah bipedalisme obligat, peningkatan ukuran otak, dan penurunan dimorfisme seksual (neoteni). Hubungan antara semua perubahan ini masih menjadi bahan diskusi yang terus berlangsung.[32]

Sejarah

sunting
 
Peta rangkuman penduduk dunia berdasarkan migrasi awal manusia selama Paleolitik Akhir, mengikuti paradigma Penyebaran Selatan

Hingga sekitar 12.000 tahun yang lalu, semua manusia hidup sebagai pemburu-pengumpul.[33][34] Revolusi Neolitikum (penemuan pertanian) pertama kali terjadi di Asia Barat Daya dan menyebar ke sebagian besar Dunia Lama selama ribuan tahun berikutnya.[35] Revolusi ini juga terjadi secara independen di Mesoamerika (sekitar 6.000 tahun yang lalu),[36] Tiongkok,[37][38] Papua Nugini,[39] dan wilayah Sahel dan Sabana Barat di Afrika.[40][41][42] Akses terhadap surplus makanan menyebabkan terbentuknya pemukiman manusia yang permanen, domestikasi hewan, dan penggunaan peralatan logam untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pertanian dan gaya hidup menetap menyebabkan munculnya peradaban awal.[43][44][45]

Sebuah revolusi perkotaan terjadi pada milenium ke-4 sebelum masehi dengan berkembangnya berbagai negara kota, terutama kota-kota Sumeria yang terletak di Mesopotamia.[46] Di kota-kota inilah bentuk tulisan paling awal yang diketahui, aksara paku, muncul sekitar tahun 3000 SM.[47] Peradaban besar lainnya yang berkembang pada masa ini adalah Mesir Kuno dan Peradaban Lembah Indus.[48] Bangsa-bangsa ini kemudian berdagang satu sama lain dan menciptakan teknologi seperti roda, bajak, dan layar.[49][50][51][52] Astronomi dan matematika juga dikembangkan dan Piramida Agung Giza pun dibangun.[53][54][55] Terdapat bukti adanya kekeringan parah yang berlangsung sekitar seratus tahun yang mungkin menyebabkan kemunduran peradaban-peradaban ini,[56] dan peradaban-peradaban baru muncul setelahnya. Bangsa Babilonia mendominasi Mesopotamia,[57] sementara yang lainnya seperti kebudayaan pra-historis di hilir lembah Mississipi, peradaban Minoa, dan Dinasti Shang, memperoleh kejayaannya di daerah-daerah baru.[58][59][60] Zaman Perunggu tiba-tiba runtuh sekitar tahun 1200 SM, mengakibatkan hilangnya sejumlah peradaban dan dimulainya Zaman Kegelapan Yunani.[61][62] Selama periode ini, besi mulai menggantikan perunggu, yang mengarah ke Zaman Besi.[63]

Pada abad ke-5 SM, sejarah mulai dicatat sebagai sebuah disiplin ilmu, yang memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan pada saat itu.[64] Antara abad ke-8 dan ke-6 SM, Eropa memasuki zaman klasik, sebuah periode di mana Yunani kuno dan Romawi kuno mengalami kemajuan pesat.[65][66] Pada masa ini, peradaban-peradaban lain juga menjadi terkenal. Peradaban Maya mulai membangun kota dan membuat kalender yang rumit.[67][68] Di Afrika, Kerajaan Aksum mengambil alih Kerajaan Kush yang sedang mengalami kemunduran dan memfasilitasi perdagangan antara India dan Mediterania.[69] Di Asia Barat, sistem pemerintahan terpusat Kekaisaran Achaemenid menjadi pendahulu bagi banyak kekaisaran berikutnya,[70] sementara Kekaisaran Gupta di India dan Dinasti Han di Tiongkok disebut-sebut sebagai zaman keemasan di wilayah masing-masing.[71][72]

 
Rute yang diambil oleh para penyerang barbarian terhadap Kekaisaran Romawi selama Periode Migrasi

Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476, Eropa memasuki Abad Pertengahan.[73] Selama periode ini, agama Kristen dan Gereja menyajikan otoritas dan pendidikan yang terpusat.[74] Di Timur Tengah, Islam menjadi agama yang menonjol dan meluas ke Afrika Utara yang menginspirasi arsitektur-arsitektur uniknya tersendiri dan pembentukan cara hidup yang berbeda.[75][76] Dunia Kristen dan Islam pada akhirnya berbenturan, dengan Kerajaan Inggris, Kerajaan Prancis, dan Kekaisaran Romawi Suci mendeklarasikan serangkaian perang suci untuk merebut kembali kendali atas Tanah Suci mereka yang telah dirampas oleh pihak Muslim.[77] Di Amerika, kebudayaan Mississippi yang kompleks muncul sekitar tahun 800 Masehi,[78] sementara lebih jauh ke selatan, suku Aztek dan Inka menjadi kekuatan yang dominan.[79] Kekaisaran Mongol akan menaklukkan sebagian besar Eurasia pada abad ke-13 dan ke-14.[80] Selama periode waktu yang sama, Kekaisaran Mali di Afrika tumbuh menjadi kekaisaran terbesar di benua tersebut, membentang dari Senegambia hingga Pantai Gading.[81] Oseania menyaksikan kebangkitan Kekaisaran Tuʻi Tonga yang meluas ke banyak pulau di Pasifik Selatan.[82]

Periode modern awal di Eropa dan Timur Dekat (sekitar 1450-1800) dimulai dengan kekalahan total Kekaisaran Bizantium, dan kebangkitan Kesultanan Utsmaniyah.[83] Sementara itu, Jepang memasuki periode Edo,[84] Dinasti Qing bangkit di Tiongkok[85] dan Kekaisaran Mughal menguasai sebagian besar wilayah India.[86] Eropa mengalami Renaisans, dimulai pada abad ke-15,[87] dan Zaman Penemuan dimulai dengan penjelajahan dan kolonisasi daerah-daerah baru.[88] Ini termasuk Kekaisaran Inggris yang berekspansi menjadi kekaisaran terbesar di dunia[89] dan kolonisasi Amerika.[90] Ekspansi ini menyebabkan perdagangan budak Atlantik[91] dan genosida penduduk asli Amerika.[92] Periode ini juga menandai Revolusi Ilmiah, dengan kemajuan besar dalam matematika, mekanika, astronomi, dan fisiologi.[93]

Periode modern akhir (1800-sekarang) menyaksikan Revolusi Teknologi dan Industri membawa berbagai penemuan seperti teknologi fotografi, inovasi besar dalam pengembangan transportasi dan energi.[94] Amerika Serikat mengalami perubahan besar, dari sekelompok kecil koloni menjadi salah satu negara adidaya global.[95] Perang Napoleon berkecamuk di Eropa pada awal 1800-an,[96] Spanyol kehilangan sebagian besar koloninya di Dunia Baru,[97] sementara Eropa melanjutkan ekspansi ke Afrika—ketika kontrol Eropa meningkat dari 10% menjadi hampir 90% dalam waktu kurang dari 50 tahun[98]—dan Oseania.[99] Keseimbangan kekuatan yang renggang di antara negara-negara Eropa runtuh pada tahun 1914 dengan pecahnya Perang Dunia Pertama, yang merupakan salah satu konflik paling mematikan dalam sejarah.[100] Pada tahun 1930-an, krisis ekonomi di seluruh dunia menyebabkan munculnya rezim otoriter dan Perang Dunia Kedua, yang melibatkan hampir semua negara di dunia.[101] Setelah berakhir pada tahun 1945, Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat menjadi ajang perebutan pengaruh global, termasuk perlombaan senjata nuklir dan kompetisi antariksa.[102][103] Era Informasi saat ini membuat dunia menjadi semakin terglobalisasi dan saling terhubung.[104]

Habitat dan populasi

sunting
Statistik populasi[n 1]
 
Populasi dunia8.2 miliar
Kepadatan populasi16/km2
dengan area total
55/km2
dengan area tanah
Kota-kota terbesar[n 2]Tokyo, Delhi, Shanghai, São Paulo, Mexico City, Kairo, Mumbai, Beijing, Dhaka, Osaka, New York-Newark, Karachi, Buenos Aires, Chongqing, Istanbul, Kolkata, Manila, Lagos, Rio de Janeiro, Tianjin, Kinshasa, Guangzhou, Los Angeles-Santa Ana, Moscow, Shenzhen, Lahore, Bangalore, Paris, Jakarta, Chennai, Lima, Bogota, Bangkok, London

Pemukiman manusia awal bergantung pada kedekatan jaraknya dengan air dan—tergantung pada gaya hidup—juga sumber daya alam lain yang diperlukan untuk bertahan hidup, seperti populasi hewan buruan dan lahan subur untuk bercocok tanam dan menggembalakan ternak.[108] Namun, manusia modern memiliki kapasitas yang besar untuk mengubah habitat mereka melalui teknologi, irigasi, perencanaan kota, konstruksi, penggundulan hutan dan penggurunan.[109] Pemukiman manusia senantiasa rentan terhadap bencana alam, terutama yang berada di lokasi rawan dan dengan kualitas konstruksi yang rendah.[110] Pengelompokan dan perubahan habitat yang disengaja sering kali dilakukan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan, meningkatkan kenyamanan atau kekayaan materi, memperbanyak jumlah makanan yang tersedia, menambah estetika, memperluas ilmu pengetahuan, atau mendorong pertukaran sumber daya.[111]

Meskipun memiliki toleransi yang rendah terhadap banyak kondisi lingkungan yang ekstrem di bumi, manusia adalah salah satu spesies yang paling mudah beradaptasi.[112] Melalui alat-alat canggih, manusia telah mampu meningkatkan toleransi mereka terhadap berbagai macam suhu, kelembapan, dan ketinggian.[112] Sebagai hasilnya, manusia menjadi spesies kosmopolitan yang ditemukan di hampir semua wilayah di dunia, termasuk hutan hujan tropis, gurun gersang, daerah kutub yang sangat dingin, dan kota-kota yang sangat tercemar; sebagai perbandingan, sebagian besar spesies lain terbatas pada beberapa wilayah geografis karena kemampuan beradaptasinya yang terbatas.[113] Namun demikian, populasi manusia tidak terdistribusi secara merata di permukaan bumi, karena kepadatan populasi bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lain, dan sebagian besar permukaan bumi hampir sama sekali tidak berpenghuni, seperti Antartika dan lautan yang luas.[112][114] Sebagian besar manusia (61%) tinggal di Asia; sisanya tinggal di Amerika (14%), Afrika (14%), Eropa (11%), dan Oseania (0,5%).[115]

Dalam satu abad terakhir, manusia telah menjelajahi berbagai lingkungan yang menantang seperti Antartika, laut dalam, dan luar angkasa.[116] Tempat tinggal manusia di lingkungan yang tidak bersahabat ini sangat terbatas dan berbiaya mahal, umumnya terbatas dalam jangka waktu tertentu, dan terbatas untuk ekspedisi ilmiah, militer, atau industri.[116] Manusia telah mengunjungi Bulan secara singkat, dan telah menunjukkan kehadirannya di beberapa benda langit lainnya melalui pesawat ruang angkasa robotik buatan mereka.[117][118][119] Sejak awal abad ke-20, telah terdapat kehadiran manusia secara kontinyu di Antartika melalui stasiun penelitian dan, sejak tahun 2000, di luar angkasa melalui habitasi di Stasiun Luar Angkasa Internasional.[120]

 
Manusia dan hewan yang mereka pelihara mewakili 96% dari seluruh biomassa mamalia di bumi, sedangkan seluruh mamalia liar hanya mewakili 4%.[121]

Pada saat pertanian muncul sekitar tahun 10.000 SM, jumlah penduduk dunia diperkirakan berkisar antara 1 juta hingga 15 juta jiwa.[122][123] Pada abad ke-4 Masehi, sekitar 50-60 juta orang tinggal di Kekaisaran Romawi Timur dan Barat.[124] Wabah pes, yang pertama kali tercatat pada abad ke-6 Masehi, mengurangi populasi manusia hingga 50%, dengan 75-200 juta orang di Eurasia dan Afrika Utara tewas akibat wabah yang dikenal sebagai Maut Hitam ini.[125] Populasi manusia diyakini mencapai satu miliar pada tahun 1800. Sejak saat itu jumlahnya terus meningkat secara eksponensial, mencapai dua miliar pada tahun 1930 dan tiga miliar pada tahun 1960, empat miliar pada tahun 1975, lima miliar pada tahun 1987, dan enam miliar pada tahun 1999.[126] Jumlahnya mencapai tujuh miliar pada tahun 2011[127] dan delapan miliar pada November 2022.[128] Dibutuhkan lebih dari dua juta tahun prasejarah dan sejarah manusia untuk populasi mereka mencapai satu miliar dan hanya butuh 207 tahun untuk mencapai 7 miliar.[129] Biomassa gabungan dari karbon yang dihasilkan oleh seluruh manusia di Bumi pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 60 juta ton, sekitar 10 kali lebih besar daripada yang dihasilkan oleh seluruh mamalia yang tidak didomestikasi.[121]

Biologi

sunting

Anatomi dan fisiologi

sunting
 
Fitur anatomi dasar manusia wanita dan pria. Kedua model ini telah dihilangkan rambut tubuhnya, serta rambut wajahnya untuk pria, dan dipangkas rambut kepalanya. Model wanita mengenakan cat kuku merah pada kuku jari kakinya dan sebuah cincin.

Sebagian besar aspek fisiologi manusia sangat mirip dengan aspek fisiologi hewan. Tubuh manusia terdiri dari kaki, badan, lengan, leher, dan kepala. Tubuh manusia dewasa terdiri dari sekitar 100 triliun (1014) sel. Sistem tubuh yang paling banyak didefinisikan pada manusia adalah sistem saraf, kardiovaskular, pencernaan, endokrin, kekebalan tubuh, integumen, limfatik, muskuloskeletal, reproduksi, pernafasan, dan sistem kemih.[130][131] Rumus gigi manusia adalah: 2.1.2.32.1.2.3. Manusia memiliki langit-langit mulut yang lebih pendek secara proporsional dan gigi yang jauh lebih kecil daripada primata lainnya. Mereka adalah satu-satunya primata yang memiliki gigi taring yang pendek dan relatif rata. Manusia memiliki karakteristik gigi yang berjejal, dengan celah dari gigi yang tanggal biasanya menutup dengan cepat pada individu yang masih muda. Manusia secara bertahap kehilangan gigi geraham ketiga mereka, dengan beberapa individu tidak memiliki gigi geraham ketiga sejak lahir.[132]

Sama seperti simpanse, manusia memiliki ekor vestigial, usus buntu, sendi bahu yang fleksibel, jari-jari yang menggenggam, dan jempol tangan yang berlawanan.[133] Terlepas dari bipedalisme dan ukuran otak, manusia memiliki perbedaan dengan simpanse dalam hal penciuman, pendengaran, dan pencernaan protein.[134] Meskipun manusia memiliki kepadatan folikel rambut yang sebanding dengan kera lainnya, sebagian besar merupakan rambut halus, yang sebagian besar sangat pendek dan tipis sehingga hampir tidak terlihat.[135][136] Manusia memiliki sekitar 2 juta kelenjar keringat yang tersebar di seluruh tubuhnya, lebih banyak dari simpanse yang kelenjar keringatnya lebih sedikit dan sebagian besar terletak di telapak tangan dan telapak kaki.[137]

Diperkirakan bahwa tinggi rata-rata manusia dewasa berjenis kelamin laki-laki di seluruh dunia adalah sekitar 171 cm, sedangkan tinggi rata-rata manusia dewasa berjenis kelamin wanita sekitar 159 cm.[138] Penyusutan perawakan dapat dimulai pada usia paruh baya pada beberapa individu, tetapi cenderung terjadi pada mereka yang berusia lanjut.[139] Sepanjang sejarah, populasi manusia secara universal menjadi lebih tinggi, mungkin sebagai imbas dari nutrisi, perawatan kesehatan, dan kondisi kehidupan yang lebih baik.[140] Massa rata-rata manusia dewasa adalah 59 kg untuk wanita dan 77 kg untuk pria.[141][142] Seperti banyak kondisi lainnya, berat badan dan tipe tubuh dipengaruhi oleh kerentanan genetik dan lingkungan, dan sangat bervariasi di antara setiap individu.[143][144]

Manusia memiliki lemparan yang jauh lebih cepat dan lebih akurat daripada hewan lainnya.[145] Manusia juga merupakan pelari jarak jauh terbaik di dunia hewan, tetapi lebih lambat dalam jarak pendek.[134][146] Rambut tubuh manusia yang lebih tipis dan kelenjar keringat yang lebih produktif membantu menghindari kelelahan akibat panas saat berlari jarak jauh.[147]

Genetika

sunting
 
Representasi grafis dari kariotipe standar manusia, termasuk kromosom seks perempuan (XX) dan laki-laki (XY) (kanan bawah), serta genom mitokondria (ditampilkan dalam skala sebagai "MT" di kiri bawah).

Seperti kebanyakan binatang, manusia adalah spesies diploid dan eukariotik. Setiap sel somatik manusia memiliki dua set 23 kromosom, masing-masing set diterima dari satu orang tua; gamet mereka hanya memiliki satu set kromosom, yang merupakan campuran dari dua set orang tua. Di antara 23 pasang kromosom tersebut, terdapat 22 pasang autosom dan satu pasang kromosom kelamin. Seperti mamalia lainnya, manusia memiliki sistem penentuan jenis kelamin XY, di mana perempuan memiliki kromosom seks XX dan laki-laki memiliki XY.[148] Gen dan lingkungan mempengaruhi variasi biologis manusia dalam karakteristik yang tampak, fisiologi, kerentanan terhadap penyakit, dan kemampuan mental. Pengaruh gen dan lingkungan yang pasti pada sifat-sifat tertentu masih belum dipahami sepenuhnya.[149][150]

Meskipun tidak ada manusia-bahkan kembar monozigot sekalipun-yang identik secara genetik,[151] dua manusia rata-rata memiliki kesamaan genetik 99,5%-99,9%.[152][153] Hal ini membuat mereka lebih homogen dibandingkan kera besar lainnya, termasuk simpanse.[154][155] Variasi kecil dalam DNA manusia jika dibandingkan dengan banyak spesies lain menunjukkan adanya hambatan populasi selama masa Pleistosen Akhir (sekitar 100.000 tahun yang lalu), ketika populasi manusia berkurang menjadi sejumlah kecil pasangan yang berkembang biak.[156][157] Kekuatan seleksi alam terus bekerja pada populasi manusia, dengan bukti bahwa daerah tertentu pada genom menunjukkan seleksi terarah dalam 15.000 tahun terakhir.[158]

Genom manusia pertama kali diurutkan pada tahun 2001[159] dan pada tahun 2020, ratusan ribu genom telah diurutkan.[160] Pada tahun 2012, Proyek HapMap Internasional telah membandingkan genom 1.184 individu dari 11 populasi dan mengidentifikasi 1,6 juta polimorfisme nukleotida tunggal.[161] Populasi Afrika memiliki jumlah varian genetik pribadi yang paling banyak. Meskipun banyak varian umum yang ditemukan pada populasi di luar Afrika juga ditemukan di benua Afrika, masih ada sejumlah besar varian yang bersifat pribadi di wilayah-wilayah lain tersebut, terutama Oseania dan Amerika.[162] Menurut perkiraan tahun 2010, manusia memiliki sekitar 22.000 gen.[163] Dengan membandingkan DNA mitokondria, yang hanya diwarisi dari ibu, para ahli genetika menyimpulkan bahwa nenek moyang perempuan terakhir yang penanda genetiknya ditemukan pada semua manusia modern, yang disebut Hawa mitokondria, pasti hidup sekitar 90.000 hingga 200.000 tahun yang lalu.[164][165][166][167]

Siklus hidup

sunting
 
Embrio manusia berusia 5 minggu berukuran 10 mm

Sebagian besar reproduksi manusia terjadi melalui pembuahan internal melalui hubungan seksual, tetapi juga dapat terjadi melalui prosedur teknologi reproduksi bantuan.[168] Masa kehamilan rata-rata adalah 38 minggu, tetapi kehamilan normal dapat bervariasi hingga 37 hari.[169] Perkembangan embrio pada manusia terjadi selama delapan minggu pertama; pada awal minggu kesembilan, embrio disebut sebagai janin.[170] Manusia dapat mendorong persalinan dini atau melakukan operasi caesar jika anak perlu dilahirkan lebih awal karena alasan medis.[171] Di negara maju, bayi biasanya memiliki berat badan 3–4 kg dan tinggi 47–53 cm saat lahir.[172][173] Namun, berat badan bayi lahir yang rendah lazim terjadi di negara-negara berkembang, dan berkontribusi pada tingginya angka kematian bayi di wilayah tersebut.[174]

Dibandingkan dengan spesies lain, proses persalinan pada manusia lebih riskan, dengan lebih tingginya risiko komplikasi dan kematian.[175] Ukuran kepala janin lebih dekat dengan panggul daripada primata lainnya.[176] Penyebabnya belum sepenuhnya dipahami,[176][177] tetapi hal ini berkontribusi pada persalinan yang menyakitkan yang dapat berlangsung selama 24 jam atau lebih.[178] Selama abad 20 peluang akan suksesnya persalinan meningkat secara signifikan di negara-negara yang lebih makmur dengan munculnya teknologi medis baru. Sebaliknya, kehamilan dan persalinan alami masih menjadi hal yang berisiko tinggi di negara-negara berkembang di dunia, dengan angka kematian ibu sekitar 100 kali lebih besar dibandingkan di negara maju.[179]

Baik ibu maupun ayah manusia sama-sama mengasuh anak mereka, berbeda dengan primata lain yang sebagian besar pengasuhannya dilakukan oleh ibu.[180] Manusia terlahir dalam keadaan tidak berdaya, yang kemudian terus tumbuh selama beberapa tahun, dan mencapai kematangan seksual umumnya pada usia 15 hingga 17 tahun.[181][182][183] Rentang hidup manusia telah dibagi menjadi beberapa tahap mulai dari tiga hingga dua belas tahun. Tahapan yang umum meliputi masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa dan masa tua.[184] Panjangnya tahapan ini bervariasi di berbagai budaya dan periode waktu, tetapi ditandai dengan lonjakan pertumbuhan yang luar biasa cepat selama masa remaja.[185] Perempuan manusia mengalami menopause dan menjadi tidak lagi subur pada sekitar usia 50 tahun.[186] Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa menopause meningkatkan keberhasilan reproduksi wanita secara keseluruhan dengan memungkinkannya menginvestasikan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk keturunannya, dan pada gilirannya anak-anak dari keturunannya (hipotesis nenek), dibandingkan dengan terus melahirkan anak hingga usia tua.[187][188]

Rentang hidup manusia bergantung pada dua faktor utama, yaitu genetika dan pilihan gaya hidup.[189] Dikarenakan berbagai alasan, termasuk biologis/genetik, wanita hidup rata-rata sekitar empat tahun lebih lama daripada pria.[190] Hingga tahun 2018, harapan hidup rata-rata perempuan di seluruh dunia saat lahir diperkirakan mencapai 74,9 tahun dibandingkan dengan 70,4 tahun untuk anak laki-laki.[191][192] Terdapat variasi geografis yang signifikan dalam harapan hidup manusia, yang sebagian besar berkorelasi dengan perkembangan ekonomi-misalnya, harapan hidup saat lahir di Hong Kong adalah 87,6 tahun untuk anak perempuan dan 81,8 tahun untuk anak laki-laki, sementara di Republik Afrika Tengah, 55,0 tahun untuk anak perempuan dan 50,6 tahun untuk anak laki-laki.[193][194] Negara maju umumnya mengalami penuaan, dengan usia rata-rata sekitar 40 tahun. Di negara berkembang, usia rata-rata adalah antara 15 dan 20 tahun. Sementara satu dari lima orang Eropa berusia 60 tahun atau lebih, hanya satu dari dua puluh orang Afrika yang berusia 60 tahun atau lebih.[195] Pada tahun 2012, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan ada 316.600 manusia berusia seratus tahun atau lebih yang masih hidup di seluruh dunia.[196]

Tahapan hidup manusia
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bayi laki-laki dan perempuan Anak laki-laki dan perempuan sebelum pubertas Laki-laki dan perempuan remaja Laki-laki dan perempuan dewasa Laki-laki dan perempuan lansia

Makanan

sunting
 
Manusia yang tinggal di Bali, Indonesia, sedang menyiapkan makanan

Manusia adalah omnivora, yang mampu mengkonsumsi berbagai macam tumbuhan dan hewan.[197][198] Kelompok-kelompok manusia telah mengadopsi berbagai pola makan dari yang sepenuhnya vegetarian, hingga karnivora secara primer. Dalam beberapa kasus, pembatasan pola makan dapat menyebabkan penyakit defisiensi pada manusia; namun, kelompok manusia stabil telah beradaptasi dengan banyak pola makan melalui spesialisasi genetik dan konvensi budaya untuk menggunakan sumber makanan yang bergizi seimbang.[199] Pola makan manusia tercermin secara mencolok dalam budaya manusia dan telah mengarah pada pengembangan ilmu pangan.[200]

Hingga perkembangan pertanian sekitar 10.000 tahun yang lalu, Homo sapiens menggunakan metode beburu-mengumpulkan sebagai satu-satunya cara mereka mengumpulkan makanan.[200] Cara ini melibatkan kombinasi sumber makanan yang tidak bergerak (seperti buah-buahan, biji-bijian, umbi-umbian, jamur, larva serangga, dan moluska air) dengan hewan liar, yang harus diburu dan ditangkap untuk disantap.[201] Diperkirakan bahwa manusia telah menggunakan api untuk menyiapkan dan memasak makanan sejak zaman Homo erectus.[202] Sekitar sepuluh ribu tahun yang lalu, manusia mengembangkan pertanian,[203][204][205] yang secara substansial mengubah pola makan mereka. Perubahan pola makan ini bisa jadi juga telah mengubah biologi manusia; dengan menyebarnya peternakan sapi perah yang menyediakan sumber makanan baru dan berlimpah, yang mengarah pada evolusi kemampuan mencerna laktosa pada sebagian orang dewasa.[206][207] Jenis makanan yang dikonsumsi, dan bagaimana makanan tersebut disiapkan, sangat bervariasi menurut waktu, lokasi, dan budaya.[208][209]

Secara umum, manusia, dapat bertahan hidup hingga delapan minggu tanpa makanan, tergantung pada lemak tubuh yang tersimpan.[210] Sedangkan tanpa air, manusia biasanya hanya dapat bertahan hidup maksimum selama satu minggu.[211] Pada tahun 2020 diperkirakan 9 juta manusia meninggal setiap tahun disebabkan oleh kelaparan, baik secara langsung maupun tidak langsung.[212][213] Malnutrisi pada anak juga banyak terjadi dan berkontribusi terhadap beban penyakit global.[214] Akan tetapi, distribusi makanan tidaklah merata secara global, dan beberapa populasi manusia ada yang mengalami obesitas dan hal ini telah meningkat dengan cepat. Obesitas disebabkan oleh konsumsi kalori yang lebih banyak daripada yang dibakar dan dikeluarkan.[215] Hal ini menyebabkan komplikasi kesehatan dan peningkatan angka kematian di sejumlah negara maju dan sebagian kecil negara berkembang. Di seluruh dunia, lebih dari satu miliar orang mengalami obesitas,[215] sementara di Amerika Serikat sendiri, 35% orang mengalami obesitas, yang menyebabkan peristiwa ini dinamai di sana sebagai “pandemi obesitas”.[216]

Variasi biologis

sunting
 
Perubahan jumlah dan urutan gen (A-D) menciptakan keragaman genetik di dalam dan di antara populasi.

Terdapat variasi biologis pada spesies manusia, seperti pada golongan darah, penyakit genetik, ciri-ciri tengkorak, ciri-ciri wajah, sistem organ tubuh, warna mata, warna dan tekstur rambut, tinggi badan, dan warna kulit yang bervariasi di seluruh dunia. Tinggi badan manusia dewasa pada umumnya adalah antara 140 hingga 190 cm, meskipun hal ini sangat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, asal etnis, dan garis keturunan keluarga.[217][218] Ukuran tubuh sebagian ditentukan oleh gen dan juga secara signifikan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pola makan, olahraga, dan pola tidur.[219]

Berdasarkan bukti yang ada, terdapat populasi-populasi yang telah beradaptasi secara genetik terhadap berbagai faktor eksternal. Gen yang memungkinkan manusia dewasa mencerna laktosa berada dalam frekuensi tinggi pada populasi yang memiliki sejarah panjang domestikasi sapi dan memiliki ketergantungan pada susu sapi yang lebih tinggi.[220] Anemia sel sabit, yang dapat meningkatkan resistensi terhadap malaria, sering dijumpai pada populasi di tempat malaria menjadi endemik.[221][222] Populasi yang telah lama mendiami iklim tertentu cenderung mengembangkan fenotipe spesifik yang bermanfaat untuk keberlangsungan hidup di lingkungan tersebut, seperti perawakan pendek dan kekar di populasi daerah dingin, tinggi dan kurus di populasi daerah panas, serta kapasitas paru-paru yang besar atau adaptasi lainnya di populasi dataran tinggi.[223] Beberapa populasi lainnya telah mengembangkan adaptasi yang sangat unik terhadap kondisi lingkungan yang sangat spesifik, seperti adaptasi yang menguntungkan bagi masyarakat yang gaya hidupnya menghabiskan banyak waktunya di laut dan kerap melakukan selam bebas, seperti pada populasi di Bajau.[224]

Warna rambut manusia berkisar dari merah ke pirang hingga cokelat ke hitam, yang mana adalah yang paling banyak.[225] Warna rambut tergantung pada jumlah melanin, yang konsentrasinya akan menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan konsentrasi melanin ini pada akhirnya menyebabkan rambut beruban atau menjadi putih sepenuhnya. Warna kulit dapat berkisar dari cokelat paling gelap hingga warna persik paling terang, atau bahkan hampir putih atau tidak berwarna dalam kasus albinisme.[226] Warna kulit cenderung bervariasi secara klinis dan umumnya berkorelasi dengan tingkat radiasi ultraviolet di wilayah geografis tertentu, dengan kulit yang lebih gelap sebagian besar berada di sekitar khatulistiwa.[227] Evolusi penggelapan kulit mungkin terjadi sebagai bentuk perlindungan terhadap sengatan sinar matahari.[228] Sedangkan pigmentasi kulit cerah bertujuan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat kekurangan vitamin D.[229] Kulit manusia juga memiliki kemampuan untuk menggelap sebagai respons terhadap paparan radiasi ultraviolet.[230][231]

 
Lukisan mural pada makam Seti I oleh pelukis tak dikenal, menggambarkan dari kiri ke kanan orang Libya, orang Nubia, orang Suriah, dan orang Mesir.

Penelitian genetik telah menunjukkan bahwa populasi manusia yang berasal dari benua Afrika adalah yang paling beragam secara genetik[232] dan keragaman genetik menurun seiring dengan jarak migrasi dari Afrika, kemungkinan disebabkan oleh hambatan selama migrasi manusia.[233][234] Populasi non-Afrika ini memperoleh masukan genetik baru dari percampuran dengan populasi purba setempat dan memiliki tingkat keragaman genetik Neanderthal dan Denisova yang jauh lebih tinggi daripada yang ditemukan di Afrika.[235] Selain itu, penelitian terbaru menemukan bahwa masyarakat di sub-Sahara Afrika, khususnya Afrika Barat, memiliki keragaman genetik leluhur yang tidak ditemukan pada sebagian besar masyarakat non-Afrika. Sebagian dari leluhur ini diperkirakan berasal dari percampuran dengan hominin purba yang tidak diketahui yang berbeda sebelum perpecahan Neanderthal dan manusia modern.[236][237]

Manusia adalah spesies gonokorik, yang berarti mereka terbagi menjadi jenis kelamin laki-laki dan perempuan.[238][239][240] Tingkat variasi genetik terbesar manusia ada di antara laki-laki dan perempuan. Meskipun variasi genetik nukleotida individu dengan jenis kelamin yang sama di seluruh populasi global tidak lebih besar dari 0,1%-0,5%, perbedaan genetik antara pria dan wanita adalah antara 1% dan 2%. Laki-laki rata-rata 15% lebih berat dan 15 cm lebih tinggi dari perempuan.[241][242] Rata-rata, bila dibandingkan dengan perempuan dengan berat badan yang sama, laki-laki memiliki kekuatan tubuh bagian atas sekitar 40-50% lebih besar dan kekuatan tubuh bagian bawah 20-30% lebih besar, hal ini dikarenakan jumlah otot laki-laki yang lebih banyak dan serat otot yang lebih besar.[243] Wanita umumnya memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi daripada pria.[244] Wanita memiliki kulit yang lebih terang daripada pria pada populasi yang sama; hal ini disebabkan oleh kebutuhan vitamin D yang lebih tinggi pada wanita selama kehamilan dan menyusui.[245] Karena ada perbedaan kromosom antara wanita dan pria, beberapa kondisi dan kelainan yang berhubungan dengan kromosom X dan Y hanya mempengaruhi pria atau wanita.[246] Dengan mempertimbangkan berat badan dan volume, suara pria biasanya satu oktaf lebih dalam daripada suara wanita.[247] Wanita memiliki rentang hidup yang lebih panjang di hampir setiap populasi di seluruh dunia.[248]

Psikologi

sunting
 
Sketsa otak manusia, menunjukkan beberapa struktur penting

Otak manusia, yang merupakan titik fokus dari sistem saraf pusat pada manusia, berfungsi untuk mengendalikan sistem saraf tepi. Disamping mengendalikan aktivitas yang "lebih rendah", tidak disengaja, atau utamanya aktivitas otonom seperti pernapasan dan pencernaan, otak juga merupakan pusat dari fungsi yang "lebih tinggi" seperti pemikiran, penalaran, dan abstraksi.[249] Proses-proses kognitif ini membentuk akal pikiran, dan, bersama dengan konsekuensi perilakunya, dipelajari dalam bidang psikologi.

Manusia memiliki korteks prefrontal yang lebih besar dan lebih berkembang daripada primata lainnya. Wilayah otak ini berkaitan dengan kognisi yang lebih tinggi.[250] Hal ini membuat manusia menyatakan diri mereka sebagai makhluk yang lebih cerdas daripada spesies lain yang diketahui.[251] Mendefinisikan kecerdasan secara objektif adalah hal yang sulit, karena binatang-binatang lain memiliki adaptasi indera dan keunggulan di bidang-bidang yang tidak dikuasai oleh manusia.[252]

Terdapat beberapa sifat yang, meskipun tidak sepenuhnya unik, namun membedakan manusia dengan hewan lainnya.[253] Manusia mungkin satu-satunya hewan yang memiliki ingatan episodik dan dapat melakukan "perjalanan waktu pikiran".[254] Bahkan dibandingkan dengan hewan sosial lainnya, manusia memiliki tingkat fleksibilitas wajah yang luar biasa tinggi.[255] Manusia adalah satu-satunya hewan yang diketahui dapat menangis secara emosional.[256] Manusia adalah salah satu dari sedikit hewan yang mampu mengenali diri sendiri dalam tes cermin,[257] dan terdapat pula perdebatan mengenai sejauh mana manusia adalah satu-satunya hewan yang memiliki teori pikiran.[258]

Tidur dan mimpi

sunting

Manusia pada umumnya adalah makhluk diurnal. Kebutuhan tidur mereka rata-rata adalah antara tujuh hingga sembilan jam per hari untuk usia dewasa, dan sembilan hingga sepuluh jam per hari untuk anak-anak; orang lanjut usia biasanya tidur selama enam hingga tujuh jam. Namun, waktu tidur yang kurang dari angka tersebut merupakan hal yang cukup umum terjadi di antara manusia, meskipun kurangnya tidur dapat berdampak negatif pada kesehatan. Orang dewasa yang membatasi waktu tidurnya hingga empat jam per hari telah menunjukkan korelasi dengan perubahan fisiologi dan kondisi mental, termasuk berkurangnya daya ingat, kelelahan, agresi, dan ketidaknyamanan tubuh.[259]

Selama tidur manusia bermimpi, di mana mereka merasakan pengalaman sensorik berupa gambar dan suara. Mimpi dirangsang oleh otak kecil dan sebagian besar terjadi selama fase tidur REM.[260] Lamanya mimpi dapat bervariasi, dari beberapa detik hingga 30 menit.[261] Manusia mengalami tiga hingga lima mimpi per malam, dan beberapa orang mungkin mengalami hingga tujuh mimpi;[262] namun sebagian besar mimpi dengan cepat terlupakan. Manusia lebih cenderung mengingat mimpi jika terbangun selama fase REM. Kejadian dalam mimpi umumnya berada di luar kendali si pemimpi, dengan pengecualian pada mimpi jernih, di mana si pemimpi sadar akan dirinya sendiri.[263] Mimpi terkadang dapat membuat sebuah pemikiran kreatif muncul atau memberikan inspirasi.[264]

Kesadaran dan pikiran

sunting

Kewaspadaan, atau kepekaan akan keberadaan internal atau eksternal, adalah definisi paling sederhana dari kesadaran manusia.[265] Kesadaran dianggap sebagai "aspek yang paling dikenal sekaligus paling misterius dalam hidup kita".[266] Meskipun telah berabad-abad dilakukan analisis, definisi, penjelasan, dan perdebatan oleh para filsuf dan ilmuwan, kesadaran tetaplah sesuatu yang membingungkan dan kontroversial.[267] Satu-satunya pandangan yang disepakati secara luas tentang topik ini adalah keyakinan bahwa kesadaran itu ada.[268] Terdapat perbedaan pendapat mengenai apa sebenarnya yang perlu dipelajari dan dijelaskan sebagai kesadaran. Beberapa filsuf membagi kesadaran menjadi kesadaran fenomenal dan kesadaran akses. Kesadaran fenomenal adalah pengalaman inderawi itu sendiri, sedangkan kesadaran akses adalah kesadaran yang dapat digunakan untuk bernalar atau mengendalikan tindakan secara langsung.[269] Kesadaran terkadang identik dengan 'pikiran', dan di waktu lain, sebuah aspek darinya. Secara historis, hal ini dikaitkan dengan introspeksi, pemikiran pribadi, imajinasi, dan kemauan.[270] Saat ini, hal ini sering kali mencakup beberapa jenis pengalaman, kognisi, perasaan, atau persepsi. Istilah yang digunakan dapat pula bervariasi, dari 'kesadaran', 'kesadaran akan kesadaran', atau kesadaran diri.[271] Kemungkinan terdapat berbagai tingkat atau urutan kesadaran,[272] atau berbagai jenis kesadaran, atau hanya satu jenis kesadaran dengan fitur yang berbeda.[273]

Proses memperoleh pengetahuan dan pemahaman melalui pemikiran, pengalaman, dan indera disebut sebagai kognisi.[274] Otak manusia memahami dunia luar melalui indera, dan masing-masing orang sangat dipengaruhi oleh pengalamannya, yang mengarah pada pandangan subjektif tentang keberadaan dan berlalunya waktu.[275] Sifat dasar dari pemikiran adalah hal yang sentral dalam bidang psikologi dan yang terkait dengannya. Psikologi kognitif mempelajari kognisi, yakni proses mental yang melandasi perilaku.[276] Dengan fokus utama pada perkembangan pikiran manusia sepanjang rentang kehidupan, psikologi developmental berusaha untuk memahami bagaimana manusia memandang, memahami, dan bertindak di dunia dan bagaimana proses-proses ini berubah seiring bertambahnya usia.[277][278] Hal ini dapat berfokus pada perkembangan intelektual, kognitif, saraf, sosial, atau moral. Para psikolog telah mengembangkan tes kecerdasan dan konsep angka kecerdasan (IQ) untuk menilai kecerdasan relatif manusia dan mempelajari sebarannya di dalam masyarakat.[279]

Motivasi dan emosi

sunting
 
Ilustrasi kesedihan dalam buku Charles Darwin yang dirilis tahun 1872, The Expression of the Emotions in Man and Animals

Motivasi manusia hingga saat ini belum sepenuhnya dipahami. Dari perspektif psikologis, hierarki kebutuhan Maslow adalah sebuah teori terkemuka yang dapat didefinisikan sebagai proses pemuasan kebutuhan tertentu dengan urutan kompleksitas yang menanjak.[280] Dari perspektif filosofis yang lebih umum, motivasi manusia dapat didefinisikan sebagai komitmen terhadap, atau penarikan diri dari, berbagai tujuan yang membutuhkan penggunaan kecakapan manusia. Insentif dan preferensi juga merupakan faktor, begitu pula keterkaitan antara keduanya. Kemauan juga dapat terlibat, dalam hal ini kemauan juga merupakan faktor. Idealnya, baik motivasi maupun kemauan memastikan pemilihan, perjuangan, dan realisasi tujuan dengan cara yang optimal, yang mana fungsi ini dimulai sejak masa kanak-kanak dan terus berlanjut sepanjang hidup dalam sebuah proses yang dikenal sebagai sosialisasi.[281]

Emosi adalah keadaan biologis yang terkait dengan sistem saraf[282][283] yang disebabkan oleh perubahan neurofisiologis yang terkait dengan pikiran, perasaan, respons perilaku, dan tingkat kesenangan atau ketidaksenangan.[284][285] Emosi sering kali berkaitan dengan suasana hati, temperamen, kepribadian, watak, kreativitas,[286] dan motivasi. Emosi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku manusia dan kemampuan mereka untuk belajar.[287] Bertindak berdasarkan emosi yang ekstrem atau tidak terkendali dapat menyebabkan gangguan sosial dan kejahatan,[288] dengan penelitian yang menunjukkan bahwa kriminal kemungkinan memiliki kecerdasan emosional yang lebih rendah dari biasanya.[289]

Pengalaman emosional yang dianggap menyenangkan, seperti kegembiraan, ketertarikan, atau kepuasan, bertentangan dengan pengalaman emosional yang dianggap tidak menyenangkan, seperti kecemasan, kesedihan, kemarahan, dan keputusasaan.[290] Kebahagiaan, atau keadaan bahagia, adalah kondisi emosional manusia. Definisi kebahagiaan masuk ke dalam topik filosofis yang umum. Beberapa orang mendefinisikannya sebagai pengalaman perasaan emosi positif, sambil menghindari emosi negatif.[291][292] Yang lain melihatnya sebagai penilaian kepuasan hidup atau kualitas hidup.[293] Penelitian terbaru menunjukkan bahwa menjadi bahagia mungkin melibatkan pengalaman beberapa emosi negatif ketika manusia merasa bahwa mereka layak mendapatkan sesuatu hal.[294]

Seksualitas dan rasa sayang

sunting
 
Kasih sayang keluarga dapat terlihat pada orang tua kepada anak-anak mereka.

Seksualitas pada manusia melibatkan perasaan dan perilaku biologis, erotis, fisik, emosional, sosial, atau spiritual.[295][296] Dikarenakan ini adalah istilah yang luas, yang telah mengalami variasi dengan konteks historis dari waktu ke waktu, maka definisi yang akurat tidaklah ada.[296] Aspek biologis dan fisik dari seksualitas sebagian besar menyangkut fungsi reproduksi manusia, termasuk siklus respons seksual manusia.[295][296] Seksualitas juga memengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek budaya, politik, hukum, filosofis, moral, etika, dan agama dalam kehidupan.[295][296] Hasrat seksual, atau libido, adalah kondisi mental dasar yang hadir pada awal perilaku seksual. Studi menunjukkan bahwa pria lebih menginginkan seks daripada wanita dan lebih sering melakukan masturbasi.[297]

Manusia dapat tergolong di mana saja dalam skala orientasi seksual yang berkelanjutan,[298] kendati sebagian besar manusia adalah heteroseksual.[299][300] Meskipun perilaku homoseksual juga terjadi pada beberapa hewan lain, sejauh ini hanya manusia dan domba domestik lah yang sejumlah individunya diketahui menunjukkan preferensi eksklusif untuk hubungan sesama jenis.[299] Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa orientasi seksual disebabkan oleh faktor nonsosial dan biologis.[300][301] Hal ini sejalan dengan penemuan bahwa tidak adanya kecenderungan yang tinggi prilaku homoseksualitas pada populasi yang toleran kepada homoseksualitas, begitupula sebaliknya.[300][301] Penelitian di bidang neurosains dan genetika menunjukkan bahwa faktor biologis juga mempengaruhi aspek-aspek lain pada seksualitas manusia.[302]

Cinta umumnya mengacu pada perasaan ketertarikan yang kuat atau keterikatan emosional. Cinta dapat bersifat impersonal (cinta terhadap suatu objek, cita-cita, atau hubungan politik atau spiritual yang kuat) atau interpersonal (cinta antar manusia).[303] Saat jatuh cinta, dopamin, norepinefrin, serotonin, dan zat kimia lainnya merangsang pusat kesenangan otak, yang menyebabkan efek samping seperti peningkatan detak jantung, kehilangan nafsu makan dan tidur, dan perasaan bahagia yang intens.[304]

Budaya

sunting
Statistik masyarakat
Bahasa yang paling banyak digunakan[305][306]Inggris, Mandarin, Hindi, Spanyol, Arab, Bengali, Prancis, Rusia, Portugis, Urdu
Agama yang paling banyak dianut[306][307]Kekristenan, Islam, Hindu, Buddhisme, agama rakyat, Sikhisme, Judaisme, Tidak beragama

Kemampuan intelektual manusia yang sangat tinggi merupakan faktor kunci dalam kemajuan teknologi dan dominasi spesies ini terhadap biosfer.[308] Terlepas dari spesies hominid lain yang telah punah, manusia adalah satu-satunya hewan yang diketahui dapat mengajarkan informasi yang dapat digeneralisasikan,[309] dengan menggunakan penyematan rekursif untuk menghasilkan dan mengomunikasikan beragam konsep yang rumit,[310] menggunakan fisika sederhana yang diperlukan untuk merancang alat yang kompeten,[311][312] atau memasak makanan di alam liar.[313] Proses belajar mengajar berperan dalam melestarikan identitas budaya dan etnografi dalam komunitas manusia.[314] Karakteristik dan perilaku lain yang umumnya unik pada manusia antara lain menyalakan api,[315] menyusun fonem,[316] dan pembelajaran vokal.[317]

Bahasa

sunting

Meskipun komunikasi dilakukan oleh banyak spesies, bahasa merupakan hal yang khusus ada pada manusia, sebuah ciri khas kemanusiaan, dan kultur yang universal.[318] Tidak seperti sistem terbatas pada hewan lain, bahasa manusia bersifat terbuka, jumlah makna yang tak terhingga dapat dihasilkan dengan menggabungkan sejumlah simbol yang terbatas.[319][320] Bahasa manusia juga memiliki kapasitas perpindahan, menggunakan kata-kata untuk mewakili hal-hal dan kejadian yang tidak terjadi secara lokal atau saat ini, tetapi berada dalam imajinasi bersama dengan lawan bicaranya.[321]

Bahasa berbeda dengan bentuk komunikasi lainnya karena bahasa tidak bergantung pada medium; dengan makna yang serupa dapat disampaikan melalui media yang berbeda, baik secara audio dalam bentuk ucapan, visual dengan bahasa isyarat atau tulisan, dan melalui media taktil seperti braille.[322] Bahasa adalah pusat komunikasi antar manusia, dan rasa identitas yang menyatukan bangsa, budaya, dan kelompok etnis.[323] Ada sekitar enam ribu bahasa yang saat ini digunakan, termasuk bahasa isyarat, di samping ribuan bahasa lainnya yang sudah punah.[324]

Seni manusia dapat mengambil berbagai bentuk meliputi seni visual, sastra, dan pertunjukan. Seni visual dapat berupa lukisan, patung, film, desain interaksi, dan arsitektur.[325] Seni sastra dapat mencakup prosa, puisi, dan drama; sedangkan seni pertunjukan umumnya melibatkan teater, musik, dan tari.[326][327] Manusia sering kali menggabungkan bentuk-bentuk seni yang berbeda (misalnya, video musik).[328] Hal-hal lain yang juga disebut memiliki kualitas artistik seperti persiapan makanan, video game, dan obat-obatan.[329][330][331] Selain memberikan hiburan dan mentransfer pengetahuan, seni juga digunakan untuk tujuan politik.[332]

 
Tablet Banjir dari epos Gilgamesh dalam bahasa Akkadia

Seni adalah karakteristik dasar manusia dan terdapat bukti adanya hubungan antara kreativitas dan bahasa.[333] Bukti paling awal dari seni adalah ukiran kerang yang dibuat oleh Homo erectus 300.000 tahun sebelum manusia modern berevolusi.[334] Seni yang dikaitkan dengan H. sapiens sudah ada setidaknya 75.000 tahun yang lalu, dengan perhiasan dan gambar yang ditemukan di gua-gua di Afrika Selatan.[335][336] Ada berbagai hipotesis mengapa manusia beradaptasi dengan seni. Antara lain, memungkinkan mereka untuk memecahkan masalah dengan lebih baik, menyediakan sarana untuk mengendalikan atau mempengaruhi manusia lain, mendorong kerja sama dan kontribusi dalam masyarakat, atau meningkatkan peluang untuk menarik calon pasangan.[337] Penggunaan imajinasi yang dikembangkan melalui seni, dikombinasikan dengan logika mungkin telah memberi manusia purba keuntungan evolusioner.[333]

Bukti menunjukkan bahwa manusia telah terlibat dalam aktivitas musik sebelum masa lukisan gua dan sejauh ini musik telah dipraktikkan oleh hampir semua budaya manusia yang diketahui.[338] Ada berbagai macam genre musik dan musik etnis; dengan kemampuan musik manusia yang berhubungan dengan kemampuan lainnya, termasuk perilaku sosial manusia yang kompleks.[338] Telah terbukti bahwa otak manusia merespons musik dengan cara menyelaraskan diri dengan irama dan ketukan, sebuah proses yang disebut dengan entrainment.[339] Tarian juga merupakan bentuk ekspresi manusia yang ditemukan di semua budaya[340] dan mungkin telah berevolusi sebagai cara untuk membantu manusia purba berkomunikasi.[341] Mendengarkan musik dan mengamati tarian menstimulasi korteks orbitofrontal dan area penginderaan kesenangan lainnya di otak.[342]

Tidak seperti halnya berbicara, membaca dan menulis tidak datang secara alami pada manusia dan harus diajarkan.[343] Meski demikian, sastra telah ada sebelum diciptakannya kata-kata dan bahasa, ditandai dengan lukisan berusia 30.000 tahun di dinding-dinding gua yang menggambarkan serangkaian adegan dramatis.[344] Salah satu karya sastra tertua yang masih ada adalah Epos Gilgamesh, yang pertama kali diukir di tablet Babilonia kuno sekitar 4.000 tahun yang lalu.[345] Lebih dari sekadar mewariskan pengetahuan, penggunaan dan berbagi fiksi imajinatif melalui cerita mungkin telah membantu mengembangkan kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan meningkatkan kemungkinan mendapatkan pasangan.[346] Bercerita juga dapat digunakan sebagai cara untuk memberikan pelajaran moral dan mendorong kerja sama.[344]

Alat dan teknologi

sunting
 
SCMaglev, kereta tercepat di dunia dengan kecepatan 603 km/jam (375 mph) per tahun 2015[347]

Alat-alat terbuat dari batu telah digunakan oleh proto-manusia setidaknya 2,5 juta tahun yang lalu.[348] Penggunaan dan pembuatan perkakas telah dikemukakan sebagai kemampuan yang mendefinisikan manusia lebih dari apa pun[349] dan secara historis dipandang sebagai langkah evolusi yang penting.[350] Teknologi menjadi jauh lebih mutakhir sekitar 1,8 juta tahun yang lalu,[349] dengan penggunaan api yang terkendali dimulai sekitar 1 juta tahun yang lalu.[351][352] Roda dan kendaraan beroda muncul secara bersamaan di beberapa wilayah pada milenium keempat sebelum masehi.[353] Perkembangan alat dan teknologi yang lebih kompleks memungkinkan tanah untuk diolah dan hewan untuk dijinakkan, yang kemudian terbukti penting dalam perkembangan pertanian, yang dikenal sebagai Revolusi Neolitikum.[354]

Catatan

sunting
  1. ^ Statistik populasi dan kepadatan populasi dunia diperbarui secara otomatis dari templat yang menggunakan CIA World Factbook dan United Nations World Population Prospects.[105][106]
  2. ^ Kota-kota yang tahun 2018 berpenghuni lebih dari 10 juta.[107]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Groves, C.P. (2005). Wilson, D.E.; Reeder, D.M., ed. Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference (edisi ke-3). Baltimore: Johns Hopkins University Press. ISBN 0-801-88221-4. OCLC 62265494. 
  2. ^ Tuttle RH (4 October 2018). "Hominoidea: conceptual history". Dalam Trevathan W, Cartmill M, Dufour D, Larsen C. International Encyclopedia of Biological Anthropology (dalam bahasa Inggris). Hoboken, New Jersey, United States: John Wiley & Sons, Inc. hlm. 1–2. doi:10.1002/9781118584538.ieba0246. ISBN 978-1-118-58442-2. Diakses tanggal 26 May 2021. 
  3. ^ Goodman M, Tagle DA, Fitch DH, Bailey W, Czelusniak J, Koop BF, et al. (March 1990). "Primate evolution at the DNA level and a classification of hominoids". Journal of Molecular Evolution. 30 (3): 260–6. Bibcode:1990JMolE..30..260G. doi:10.1007/BF02099995. ISSN 0022-2844. PMID 2109087. 
  4. ^ Ruvolo M (March 1997). "Molecular phylogeny of the hominoids: inferences from multiple independent DNA sequence data sets". Molecular Biology and Evolution. 14 (3): 248–65. doi:10.1093/oxfordjournals.molbev.a025761 . PMID 9066793. 
  5. ^ Brahic C (2012). "Our True Dawn". New Scientist. 216 (2892): 34–37. Bibcode:2012NewSc.216...34B. doi:10.1016/S0262-4079(12)63018-8. 
  6. ^ MacAndrew A. "Human Chromosome 2 is a fusion of two ancestral chromosomes". Evolution pages. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 August 2011. Diakses tanggal 18 May 2006. 
  7. ^ McNulty, Kieran P. (2016). "Hominin Taxonomy and Phylogeny: What's In A Name?". Nature Education Knowledge (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 January 2016. Diakses tanggal 11 June 2022. 
  8. ^ Strait DS (September 2010). "The Evolutionary History of the Australopiths". Evolution: Education and Outreach (dalam bahasa Inggris). 3 (3): 341–352. doi:10.1007/s12052-010-0249-6. ISSN 1936-6434. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 May 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  9. ^ Dunsworth HM (September 2010). "Origin of the Genus Homo". Evolution: Education and Outreach (dalam bahasa Inggris). 3 (3): 353–366. doi:10.1007/s12052-010-0247-8. ISSN 1936-6434. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 May 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  10. ^ Kimbel WH, Villmoare B (July 2016). "From Australopithecus to Homo: the transition that wasn't". Philosophical Transactions of the Royal Society of London. Series B, Biological Sciences. 371 (1698): 20150248. doi:10.1098/rstb.2015.0248. PMC 4920303 . PMID 27298460. 
  11. ^ a b Villmoare B, Kimbel WH, Seyoum C, Campisano CJ, DiMaggio EN, Rowan J, et al. (March 2015). "Paleoanthropology. Early Homo at 2.8 Ma from Ledi-Geraru, Afar, Ethiopia". Science. 347 (6228): 1352–1355. Bibcode:2015Sci...347.1352V. doi:10.1126/science.aaa1343 . PMID 25739410. 
  12. ^ Zhu Z, Dennell R, Huang W, Wu Y, Qiu S, Yang S, et al. (July 2018). "Hominin occupation of the Chinese Loess Plateau since about 2.1 million years ago". Nature. 559 (7715): 608–612. Bibcode:2018Natur.559..608Z. doi:10.1038/s41586-018-0299-4. PMID 29995848. 
  13. ^ Hublin JJ, Ben-Ncer A, Bailey SE, Freidline SE, Neubauer S, Skinner MM, et al. (June 2017). "New fossils from Jebel Irhoud, Morocco and the pan-African origin of Homo sapiens" (PDF). Nature. 546 (7657): 289–292. Bibcode:2017Natur.546..289H. doi:10.1038/nature22336. PMID 28593953. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 8 January 2020. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  14. ^ "Out of Africa Revisited". Science (This Week in Science). 308 (5724): 921. 13 May 2005. doi:10.1126/science.308.5724.921g. ISSN 0036-8075. 
  15. ^ Stringer C (June 2003). "Human evolution: Out of Ethiopia". Nature. 423 (6941): 692–3, 695. Bibcode:2003Natur.423..692S. doi:10.1038/423692a. PMID 12802315. 
  16. ^ Johanson D (May 2001). "Origins of Modern Humans: Multiregional or Out of Africa?". actionbioscience. Washington, DC: American Institute of Biological Sciences. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 June 2021. Diakses tanggal 23 November 2009. 
  17. ^ Marean, Curtis; et al. (2007). "Early human use of marine resources and pigment in South Africa during the Middle Pleistocene" (PDF). Nature. 449 (7164): 905–908. Bibcode:2007Natur.449..905M. doi:10.1038/nature06204. PMID 17943129. 
  18. ^ Brooks AS, Yellen JE, Potts R, Behrensmeyer AK, Deino AL, Leslie DE, Ambrose SH, Ferguson JR, d'Errico F, Zipkin AM, Whittaker S, Post J, Veatch EG, Foecke K, Clark JB (2018). "Long-distance stone transport and pigment use in the earliest Middle Stone Age". Science. 360 (6384): 90–94. Bibcode:2018Sci...360...90B. doi:10.1126/science.aao2646 . PMID 29545508. 
  19. ^ Posth C, Renaud G, Mittnik A, Drucker DG, Rougier H, Cupillard C, et al. (March 2016). "Pleistocene Mitochondrial Genomes Suggest a Single Major Dispersal of Non-Africans and a Late Glacial Population Turnover in Europe". Current Biology. 26 (6): 827–33. doi:10.1016/j.cub.2016.01.037. hdl:2440/114930 . PMID 26853362. 
  20. ^ Karmin M, Saag L, Vicente M, Wilson Sayres MA, Järve M, Talas UG, et al. (April 2015). "A recent bottleneck of Y chromosome diversity coincides with a global change in culture". Genome Research. 25 (4): 459–66. doi:10.1101/gr.186684.114. PMC 4381518 . PMID 25770088. 
  21. ^ Armitage SJ, Jasim SA, Marks AE, Parker AG, Usik VI, Uerpmann HP (January 2011). "The southern route "out of Africa": evidence for an early expansion of modern humans into Arabia". Science. 331 (6016): 453–6. Bibcode:2011Sci...331..453A. doi:10.1126/science.1199113. PMID 21273486. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 April 2011. Diakses tanggal 1 May 2011. 
  22. ^ Rincon P (27 January 2011). "Humans 'left Africa much earlier'". BBC News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 August 2012. 
  23. ^ Clarkson C, Jacobs Z, Marwick B, Fullagar R, Wallis L, Smith M, et al. (July 2017). "Human occupation of northern Australia by 65,000 years ago". Nature. 547 (7663): 306–310. Bibcode:2017Natur.547..306C. doi:10.1038/nature22968. hdl:2440/107043. PMID 28726833. 
  24. ^ Lowe DJ (2008). "Polynesian settlement of New Zealand and the impacts of volcanism on early Maori society: an update" (PDF). University of Waikato. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 22 May 2010. Diakses tanggal 29 April 2010. 
  25. ^ Appenzeller T (May 2012). "Human migrations: Eastern odyssey". Nature. 485 (7396): 24–6. Bibcode:2012Natur.485...24A. doi:10.1038/485024a . PMID 22552074. 
  26. ^ a b Reich D, Green RE, Kircher M, Krause J, Patterson N, Durand EY, et al. (December 2010). "Genetic history of an archaic hominin group from Denisova Cave in Siberia". Nature. 468 (7327): 1053–60. Bibcode:2010Natur.468.1053R. doi:10.1038/nature09710. hdl:10230/25596. PMC 4306417 . PMID 21179161. 
  27. ^ Hammer MF (May 2013). "Human Hybrids" (PDF). Scientific American. 308 (5): 66–71. Bibcode:2013SciAm.308e..66H. doi:10.1038/scientificamerican0513-66. PMID 23627222. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 24 August 2018. 
  28. ^ Yong E (July 2011). "Mosaic humans, the hybrid species". New Scientist. 211 (2823): 34–38. Bibcode:2011NewSc.211...34Y. doi:10.1016/S0262-4079(11)61839-3. 
  29. ^ Ackermann RR, Mackay A, Arnold ML (October 2015). "The Hybrid Origin of "Modern" Humans". Evolutionary Biology. 43 (1): 1–11. doi:10.1007/s11692-015-9348-1. 
  30. ^ Noonan JP (May 2010). "Neanderthal genomics and the evolution of modern humans". Genome Research. 20 (5): 547–53. doi:10.1101/gr.076000.108. PMC 2860157 . PMID 20439435. 
  31. ^ Abi-Rached L, Jobin MJ, Kulkarni S, McWhinnie A, Dalva K, Gragert L, et al. (October 2011). "The shaping of modern human immune systems by multiregional admixture with archaic humans". Science. 334 (6052): 89–94. Bibcode:2011Sci...334...89A. doi:10.1126/science.1209202. PMC 3677943 . PMID 21868630. 
  32. ^ Boyd R, Silk JB (2003). How Humans Evolved . New York City: Norton. ISBN 978-0-393-97854-4. 
  33. ^ Little, Michael A.; Blumler, Mark A. (2015). "Hunter-Gatherers". Dalam Muehlenbein, Michael P. Basics in Human Evolution (dalam bahasa Inggris). Boston: Academic Press. hlm. 323–335. ISBN 978-0-12-802652-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  34. ^ Scarre, Chris (2018). "The world transformed: from foragers and farmers to states and empires". Dalam Scarre, Chris. The Human Past: World Prehistory and the Development of Human Societies (edisi ke-4th). London: Thames & Hudson. hlm. 174–197. ISBN 978-0-500-29335-5. 
  35. ^ Colledge S, Conolly J, Dobney K, Manning K, Shennan S (2013). Origins and Spread of Domestic Animals in Southwest Asia and Europe. Walnut Creek: Left Coast Press. hlm. 13–17. ISBN 978-1-61132-324-5. OCLC 855969933. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  36. ^ Scanes CG (January 2018). "The Neolithic Revolution, Animal Domestication, and Early Forms of Animal Agriculture". Dalam Scanes CG, Toukhsati SR. Animals and Human Society. hlm. 103–131. doi:10.1016/B978-0-12-805247-1.00006-X. ISBN 978-0-12-805247-1. 
  37. ^ He K, Lu H, Zhang J, Wang C, Huan X (7 June 2017). "Prehistoric evolution of the dualistic structure mixed rice and millet farming in China". The Holocene. 27 (12): 1885–1898. Bibcode:2017Holoc..27.1885H. doi:10.1177/0959683617708455. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 November 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  38. ^ Lu H, Zhang J, Liu KB, Wu N, Li Y, Zhou K, et al. (May 2009). "Earliest domestication of common millet (Panicum miliaceum) in East Asia extended to 10,000 years ago". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 106 (18): 7367–72. Bibcode:2009PNAS..106.7367L. doi:10.1073/pnas.0900158106 . PMC 2678631 . PMID 19383791. 
  39. ^ Denham TP, Haberle SG, Lentfer C, Fullagar R, Field J, Therin M, et al. (July 2003). "Origins of agriculture at Kuk Swamp in the highlands of New Guinea". Science. 301 (5630): 189–93. doi:10.1126/science.1085255. PMID 12817084. 
  40. ^ Scarcelli N, Cubry P, Akakpo R, Thuillet AC, Obidiegwu J, Baco MN, et al. (May 2019). "Yam genomics supports West Africa as a major cradle of crop domestication". Science Advances. 5 (5): eaaw1947. Bibcode:2019SciA....5.1947S. doi:10.1126/sciadv.aaw1947 . PMC 6527260 . PMID 31114806. 
  41. ^ Winchell F (October 2017). "Evidence for Sorghum Domestication in Fourth Millennium BC Eastern Sudan: Spikelet Morphology from Ceramic Impressions of the Butana Group" (PDF). Current Anthropology. 58 (5): 673–683. doi:10.1086/693898. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 23 June 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  42. ^ Manning K (February 2011). "4500-Year old domesticated pearl millet (Pennisetum glaucum) from the Tilemsi Valley, Mali: new insights into an alternative cereal domestication pathway". Journal of Archaeological Science. 38 (2): 312–322. doi:10.1016/j.jas.2010.09.007. 
  43. ^ Noble TF, Strauss B, Osheim D, Neuschel K, Accamp E (2013). Cengage Advantage Books: Western Civilization: Beyond Boundaries. ISBN 978-1-285-66153-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 December 2021. Diakses tanggal 11 July 2015. 
  44. ^ Spielvogel J (1 January 2014). Western Civilization: Volume A: To 1500. Cenpage Learning. ISBN 978-1-285-98299-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 September 2015. Diakses tanggal 11 July 2015. 
  45. ^ Thornton B (2002). Greek Ways: How the Greeks Created Western Civilization. San Francisco, CA: Encounter Books. hlm. 1–14. ISBN 978-1-893554-57-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 February 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  46. ^ Garfinkle SJ, Bang PF, Scheidel W (1 February 2013). Bang PF, Scheidel W, ed. Ancient Near Eastern City-States. The Oxford Handbook of the State in the Ancient Near East and Mediterranean (dalam bahasa Inggris). doi:10.1093/oxfordhb/9780195188318.001.0001. ISBN 978-0-19-518831-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 June 2021. Diakses tanggal 16 April 2021. 
  47. ^ Woods C (28 February 2020). "The Emergence of Cuneiform Writing". Dalam Hasselbach-Andee R. A Companion to Ancient Near Eastern Languages (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1st). Wiley. hlm. 27–46. doi:10.1002/9781119193814.ch2. ISBN 978-1-119-19329-6. 
  48. ^ Robinson A (October 2015). "Ancient civilization: Cracking the Indus script". Nature. 526 (7574): 499–501. Bibcode:2015Natur.526..499R. doi:10.1038/526499a. PMID 26490603. 
  49. ^ Crawford H (2013). "Trade in the Sumerian world". The Sumerian World. Routledge. hlm. 447–61. ISBN 978-1-136-21911-5. 
  50. ^ Bodnár M (2018). "Prehistoric innovations: Wheels and wheeled vehicles". Acta Archaeologica Academiae Scientiarum Hungaricae (dalam bahasa English). 69 (2): 271–298. doi:10.1556/072.2018.69.2.3. ISSN 0001-5210. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 June 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  51. ^ Pryor FL (1985). "The Invention of the Plow". Comparative Studies in Society and History. 27 (4): 727–743. doi:10.1017/S0010417500011749. ISSN 0010-4175. JSTOR 178600. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  52. ^ Carter R (2012). "19. Watercraft". Dalam Potts DT. A companion to the archaeology of the ancient Near East. Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell. hlm. 347–354. ISBN 978-1-4051-8988-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 April 2015. Diakses tanggal 8 February 2014. 
  53. ^ Pedersen O (1993). "Science Before the Greeks". Early physics and astronomy: A historical introduction. CUP Archive. hlm. 1. ISBN 978-0-521-40340-5. 
  54. ^ Robson E (2008). Mathematics in ancient Iraq: A social history. Princeton University Press. hlm. xxi. 
  55. ^ Edwards JF (2003). "Building the Great Pyramid: Probable Construction Methods Employed at Giza". Technology and Culture. 44 (2): 340–354. doi:10.1353/tech.2003.0063. ISSN 0040-165X. JSTOR 25148110. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 March 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  56. ^ Voosen P (August 2018). "New geological age comes under fire". Science. 361 (6402): 537–538. Bibcode:2018Sci...361..537V. doi:10.1126/science.361.6402.537. PMID 30093579. 
  57. ^ Saggs HW (2000). Babylonians. Univ of California Press. hlm. 7. ISBN 978-0-520-20222-1. 
  58. ^ Sassaman KE (1 December 2005). "Poverty Point as Structure, Event, Process". Journal of Archaeological Method and Theory (dalam bahasa Inggris). 12 (4): 335–364. doi:10.1007/s10816-005-8460-4. ISSN 1573-7764. 
  59. ^ Lazaridis I, Mittnik A, Patterson N, Mallick S, Rohland N, Pfrengle S, et al. (August 2017). "Genetic origins of the Minoans and Mycenaeans". Nature. 548 (7666): 214–218. Bibcode:2017Natur.548..214L. doi:10.1038/nature23310. PMC 5565772 . PMID 28783727. 
  60. ^ Keightley DN (1999). "The Shang: China's first historical dynasty". Dalam Loewe M, Shaughnessy EL. The Cambridge History of Ancient China: From the Origins of Civilization to 221 BC. Cambridge University Press. hlm. 232–291. ISBN 978-0-521-47030-8. 
  61. ^ Kaniewski D, Guiot J, van Campo E (2015). "Drought and societal collapse 3200 years ago in the Eastern Mediterranean: a review". WIREs Climate Change. 6 (4): 369–382. doi:10.1002/wcc.345. 
  62. ^ Drake BL (1 June 2012). "The influence of climatic change on the Late Bronze Age Collapse and the Greek Dark Ages". Journal of Archaeological Science. 39 (6): 1862–1870. doi:10.1016/j.jas.2012.01.029. 
  63. ^ Wells PS (2011). "The Iron Age". Dalam Milisauskas S. European Prehistory: A Survey. Interdisciplinary Contributions to Archaeology (dalam bahasa Inggris). New York, NY: Springer. hlm. 405–460. doi:10.1007/978-1-4419-6633-9_11. ISBN 978-1-4419-6633-9. 
  64. ^ Hughes-Warrington M (2018). "Sense and non-sense in Ancient Greek histories". History as Wonder: Beginning with Historiography. United Kingdom: Taylor & Francis. ISBN 978-0-429-76315-1. 
  65. ^ Beard M (2 October 2015). "Why ancient Rome matters to the modern world". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 17 April 2021. 
  66. ^ Vidergar AB (11 June 2015). "Stanford scholar debunks long-held beliefs about economic growth in ancient Greece". Stanford University (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 April 2021. Diakses tanggal 17 April 2021. 
  67. ^ Inomata T, Triadan D, Vázquez López VA, Fernandez-Diaz JC, Omori T, Méndez Bauer MB, et al. (June 2020). "Monumental architecture at Aguada Fénix and the rise of Maya civilization". Nature. 582 (7813): 530–533. Bibcode:2020Natur.582..530I. doi:10.1038/s41586-020-2343-4. PMID 32494009. 
  68. ^ Milbrath S (March 2017). "The Role of Solar Observations in Developing the Preclassic Maya Calendar". Latin American Antiquity (dalam bahasa Inggris). 28 (1): 88–104. doi:10.1017/laq.2016.4. ISSN 1045-6635. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  69. ^ Benoist A, Charbonnier J, Gajda I (2016). "Investigating the eastern edge of the kingdom of Aksum: architecture and pottery from Wakarida". Proceedings of the Seminar for Arabian Studies. 46: 25–40. ISSN 0308-8421. JSTOR 45163415. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  70. ^ Farazmand A (1 January 1998). "Administration of the Persian achaemenid world-state empire: implications for modern public administration". International Journal of Public Administration. 21 (1): 25–86. doi:10.1080/01900699808525297. ISSN 0190-0692. 
  71. ^ Ingalls DH (1976). "Kālidāsa and the Attitudes of the Golden Age". Journal of the American Oriental Society. 96 (1): 15–26. doi:10.2307/599886. ISSN 0003-0279. JSTOR 599886. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  72. ^ Xie J (2020). "Pillars of Heaven: The Symbolic Function of Column and Bracket Sets in the Han Dynasty". Architectural History (dalam bahasa Inggris). 63: 1–36. doi:10.1017/arh.2020.1. ISSN 0066-622X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  73. ^ Marx W, Haunschild R, Bornmann L (2018). "Climate and the Decline and Fall of the Western Roman Empire: A Bibliometric View on an Interdisciplinary Approach to Answer a Most Classic Historical Question". Climate (dalam bahasa Inggris). 6 (4): 90. Bibcode:2018Clim....6...90M. doi:10.3390/cli6040090 . 
  74. ^ Brooke JH, Numbers RL, ed. (2011). Science and Religion Around the World. New York: Oxford University Press. hlm. 72. ISBN 978-0-19-532819-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 May 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  75. ^ Renima A, Tiliouine H, Estes RJ (2016). "The Islamic Golden Age: A Story of the Triumph of the Islamic Civilization". Dalam Tiliouine H, Estes RJ. The State of Social Progress of Islamic Societies: Social, Economic, Political, and Ideological Challenges. International Handbooks of Quality-of-Life (dalam bahasa Inggris). Cham: Springer International Publishing. hlm. 25–52. doi:10.1007/978-3-319-24774-8_2. ISBN 978-3-319-24774-8. 
  76. ^ Vidal-Nanquet P (1987). The Harper Atlas of World History. Harper & Row Publishers. hlm. 76. 
  77. ^ Asbridge T (2012). "Introduction: The world of the crusades". The Crusades: The War for the Holy Land. Simon and Schuster. ISBN 978-1-84983-770-5. 
  78. ^ Adam King (2002). "Mississippian Period: Overview". New Georgia Encyclopedia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 August 2009. Diakses tanggal 15 November 2009. 
  79. ^ Conrad G, Demarest AA (1984). Religion and Empire: The Dynamics of Aztec and Inca Expansionism. Cambridge University Press. hlm. 2. ISBN 0-521-31896-3. 
  80. ^ May T (2013). The Mongol Conquests in World History. Reaktion Books. hlm. 7. ISBN 978-1-86189-971-2. 
  81. ^ Canós-Donnay S (25 February 2019). "The Empire of Mali". Oxford Research Encyclopedia of African History (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. doi:10.1093/acrefore/9780190277734.013.266. ISBN 978-0-19-027773-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 October 2021. Diakses tanggal 7 May 2021. 
  82. ^ Canela SA, Graves MW. "The Tongan Maritime Expansion: A Case in the Evolutionary Ecology of Social Complexity". Asian Perspectives. 37 (2): 135–164. 
  83. ^ Brady T, Oberman T, Tracy JD, ed. (1 January 1994). "Ottomans and Europe". Handbook of European History 1400–1600: Late Middle Ages, Renaissance and Reformation. Brill. hlm. 589–635. doi:10.1163/9789004391659_019. ISBN 978-90-04-39165-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 May 2022. Diakses tanggal 17 April 2021. 
  84. ^ Goree R (19 November 2020). "The Culture of Travel in Edo-Period Japan". Oxford Research Encyclopedia of Asian History (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. doi:10.1093/acrefore/9780190277727.013.72. ISBN 978-0-19-027772-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 August 2021. Diakses tanggal 7 May 2021. 
  85. ^ Mosca MW (2010). "CHINA'S LAST EMPIRE: The Great Qing". Pacific Affairs. 83. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 March 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  86. ^ Suyanta S, Ikhlas S (19 July 2016). "Islamic Education at Mughal Kingdom in India (1526–1857)". Al-Ta Lim Journal. 23 (2): 128–138. doi:10.15548/jt.v23i2.228. ISSN 2355-7893. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  87. ^ Kirkpatrick R (2002). The European Renaissance, 1400–1600. Harlow, England. hlm. 1. ISBN 978-1-317-88646-4. OCLC 893909816. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  88. ^ Arnold D (2002). The Age of Discovery, 1400–1600 (edisi ke-Second). London. hlm. xi. ISBN 978-1-136-47968-7. OCLC 859536800. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  89. ^ Palan R (14 January 2010). "International Financial Centers: The British-Empire, City-States and Commercially Oriented Politics". Theoretical Inquiries in Law. 11 (1). doi:10.2202/1565-3404.1239. ISSN 1565-3404. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 August 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  90. ^ Dixon EJ (January 2001). "Human colonization of the Americas: timing, technology and process". Quaternary Science Reviews (dalam bahasa Inggris). 20 (1–3): 277–299. Bibcode:2001QSRv...20..277J. doi:10.1016/S0277-3791(00)00116-5. 
  91. ^ Lovejoy PE (1989). "The Impact of the Atlantic Slave Trade on Africa: A Review of the Literature". The Journal of African History. 30 (3): 365–394. doi:10.1017/S0021853700024439. ISSN 0021-8537. JSTOR 182914. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 March 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  92. ^ Cave AA (2008). "Genocide in the Americas". Dalam Stone D. The Historiography of Genocide (dalam bahasa Inggris). London: Palgrave Macmillan UK. hlm. 273–295. doi:10.1057/9780230297784_11. ISBN 978-0-230-29778-4. 
  93. ^ Delisle RG (September 2014). "Can a revolution hide another one? Charles Darwin and the Scientific Revolution". Endeavour. 38 (3–4): 157–8. doi:10.1016/j.endeavour.2014.10.001. PMID 25457642. 
  94. ^ "Greatest Engineering Achievements of the 20th Century". National Academy of Engineering. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2015. Diakses tanggal 7 April 2015. 
  95. ^ Herring GC (2008). From colony to superpower : U.S. foreign relations since 1776. New York: Oxford University Press. hlm. 1. ISBN 978-0-19-972343-0. OCLC 299054528. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  96. ^ O'Rourke KH (March 2006). "The worldwide economic impact of the French Revolutionary and Napoleonic Wars, 1793–1815". Journal of Global History (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 123–149. doi:10.1017/S1740022806000076. ISSN 1740-0228. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  97. ^ Zimmerman AF (November 1931). "Spain and Its Colonies, 1808–1820". The Hispanic American Historical Review. 11 (4): 439–463. doi:10.2307/2506251. JSTOR 2506251. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 March 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  98. ^ David S (2011). "British History in depth: Slavery and the 'Scramble for Africa'". BBC (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 March 2022. Diakses tanggal 5 May 2021. 
  99. ^ Raudzens G (2004). "The Australian Frontier Wars, 1788–1838 (review)". The Journal of Military History. 68 (3): 957–959. doi:10.1353/jmh.2004.0138. ISSN 1543-7795. 
  100. ^ Clark CM (2012). "Polarization of Europe, 1887–1907". The sleepwalkers : how Europe went to war in 1914. London: Allen Lane. ISBN 978-0-7139-9942-6. OCLC 794136314. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  101. ^ Robert Dahl (1989). Democracy and Its Critics . Yale UP. hlm. 239–40. ISBN 0-300-15355-4. 
  102. ^ McDougall WA (May 1985). "Sputnik, the space race, and the Cold War". Bulletin of the Atomic Scientists (dalam bahasa Inggris). 41 (5): 20–25. Bibcode:1985BuAtS..41e..20M. doi:10.1080/00963402.1985.11455962. ISSN 0096-3402. 
  103. ^ Plous S (May 1993). "The Nuclear Arms Race: Prisoner's Dilemma or Perceptual Dilemma?". Journal of Peace Research (dalam bahasa Inggris). 30 (2): 163–179. doi:10.1177/0022343393030002004. ISSN 0022-3433. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 February 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  104. ^ Sachs JD (April 2017). "Globalization—In the Name of Which Freedom?". Humanistic Management Journal (dalam bahasa Inggris). 1 (2): 237–252. doi:10.1007/s41463-017-0019-5. ISSN 2366-603X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  105. ^ "World". The World Factbook. CIA. 17 May 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 January 2021. Diakses tanggal 2 October 2016. 
  106. ^ "World Population Prospects: The 2017 Revision" (PDF). United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division. 2017. hlm. 2&17. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 26 June 2019. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  107. ^ "The World's Cities in 2018" (PDF). Perserikatan Bangsa-Bangsa. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 November 2018. 
  108. ^ Rector RK (2016). The Early River Valley Civilizations (edisi ke-First). New York, NY. hlm. 10. ISBN 978-1-4994-6329-3. OCLC 953735302. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  109. ^ "How People Modify the Environment" (PDF). Westerville City School District. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 February 2021. Diakses tanggal 13 March 2019. 
  110. ^ "Natural disasters and the urban poor" (PDF). Bank Dunia. Oktober 2003. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 9 Agustus 2017. 
  111. ^ Habitat UN (2013). The state of the world's cities 2012 / prosperity of cities. [London]: Routledge. hlm. x. ISBN 978-1-135-01559-6. OCLC 889953315. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  112. ^ a b c Piantadosi CA (2003). The biology of human survival : life and death in extreme environments. Oxford: Oxford University Press. hlm. 2–3. ISBN 978-0-19-974807-5. OCLC 70215878. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  113. ^ O'Neil D. "Human Biological Adaptability; Overview". Palomar College. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 March 2013. Diakses tanggal 6 January 2013. 
  114. ^ "Population distribution and density". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 June 2017. Diakses tanggal 26 June 2017. 
  115. ^ Bunn SE, Arthington AH (October 2002). "Basic principles and ecological consequences of altered flow regimes for aquatic biodiversity". Environmental Management. 30 (4): 492–507. doi:10.1007/s00267-002-2737-0. hdl:10072/6758 . PMID 12481916. 
  116. ^ a b Heim BE (1990–1991). "Exploring the Last Frontiers for Mineral Resources: A Comparison of International Law Regarding the Deep Seabed, Outer Space, and Antarctica". Vanderbilt Journal of Transnational Law. 23: 819. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 June 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  117. ^ "Mission to Mars: Mars Science Laboratory Curiosity Rover". Jet Propulsion Laboratory. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 August 2015. Diakses tanggal 26 August 2015. 
  118. ^ "Touchdown! Rosetta's Philae probe lands on comet". European Space Agency. 12 November 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 August 2015. Diakses tanggal 26 August 2015. 
  119. ^ "NEAR-Shoemaker". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 August 2015. Diakses tanggal 26 August 2015. 
  120. ^ Kraft R (11 December 2010). "JSC celebrates ten years of continuous human presence aboard the International Space Station". JSC Features. Johnson Space Center. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 February 2012. Diakses tanggal 13 February 2012. 
  121. ^ a b Bar-On YM, Phillips R, Milo R (June 2018). "The biomass distribution on Earth". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 115 (25): 6506–6511. Bibcode:2018PNAS..115.6506B. doi:10.1073/pnas.1711842115 . PMC 6016768 . PMID 29784790.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Bar-On" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  122. ^ Tellier LN (2009). Urban world history: an economic and geographical perspective. hlm. 26. ISBN 978-2-7605-1588-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022 – via Google Books. 
  123. ^ Thomlinson R (1975). Demographic problems; controversy over population control (edisi ke-2nd). Ecino, California: Dickenson Pub. Co. ISBN 978-0-8221-0166-6. 
  124. ^ Harl KW (1998). "Population estimates of the Roman Empire". Tulane.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 May 2016. Diakses tanggal 8 December 2012. 
  125. ^ Zietz BP, Dunkelberg H (February 2004). "The history of the plague and the research on the causative agent Yersinia pestis". International Journal of Hygiene and Environmental Health. 207 (2): 165–78. doi:10.1078/1438-4639-00259. PMC 7128933 . PMID 15031959. 
  126. ^ "World's population reaches six billion". BBC News. 5 August 1999. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 April 2008. Diakses tanggal 5 February 2008. 
  127. ^ United Nations. "World population to reach 8 billion on 15 November 2022". United Nations (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-10-27. 
  128. ^ "Eight billion people, SARS-CoV-2 ancestor and illegal fishing". Nature. 611 (641): 641. 23 November 2022. doi:10.1038/d41586-022-03792-4. Diakses tanggal 26 January 2023. 
  129. ^ "World Population to Hit Milestone With Birth of 7 Billionth Person". PBS NewsHour. 27 October 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 September 2017. Diakses tanggal 11 February 2018. 
  130. ^ Roza G (2007). Inside the human body : using scientific and exponential notation. New York: Rosen Pub. Group's PowerKids Press. hlm. 21. ISBN 978-1-4042-3362-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 November 2015. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  131. ^ "Human Anatomy". Inner Body. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 January 2013. Diakses tanggal 6 January 2013. 
  132. ^ Collins D (1976). The Human Revolution: From Ape to Artist . hlm. 208. ISBN 978-0-7148-1676-0. 
  133. ^ Marks JM (2001). Human Biodiversity: Genes, Race, and History (dalam bahasa Inggris). Transaction Publishers. hlm. 16. ISBN 978-0-202-36656-2. 
  134. ^ a b O'Neil D. "Humans". Primates. Palomar College. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 January 2013. Diakses tanggal 6 January 2013. 
  135. ^ "How to be Human: The reason we are so scarily hairy". New Scientist. 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 February 2021. Diakses tanggal 29 April 2020. 
  136. ^ Sandel AA (September 2013). "Brief communication: Hair density and body mass in mammals and the evolution of human hairlessness". American Journal of Physical Anthropology. 152 (1): 145–50. doi:10.1002/ajpa.22333. hdl:2027.42/99654 . PMID 23900811. 
  137. ^ Kirchweger G (2 February 2001). "The Biology of Skin Color: Black and White". Evolution: Library. PBS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 February 2013. Diakses tanggal 6 January 2013. 
  138. ^ Roser M, Appel C, Ritchie H (8 October 2013). "Human Height". Our World in Data. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 January 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  139. ^ "Senior Citizens Do Shrink – Just One of the Body Changes of Aging". News. Senior Journal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 February 2013. Diakses tanggal 6 January 2013. 
  140. ^ Bogin B, Rios L (September 2003). "Rapid morphological change in living humans: implications for modern human origins". Comparative Biochemistry and Physiology. Part A, Molecular & Integrative Physiology. 136 (1): 71–84. doi:10.1016/S1095-6433(02)00294-5. PMID 14527631. 
  141. ^ "Human weight". Articleworld.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 December 2011. Diakses tanggal 10 December 2011. 
  142. ^ Schlessingerman A (2003). "Mass Of An Adult". The Physics Factbook: An Encyclopedia of Scientific Essays. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 January 2018. Diakses tanggal 31 December 2017. 
  143. ^ Kushner R (2007). Treatment of the Obese Patient (Contemporary Endocrinology). Totowa, NJ: Humana Press. hlm. 158. ISBN 978-1-59745-400-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 October 2021. Diakses tanggal 5 April 2009. 
  144. ^ Adams JP, Murphy PG (July 2000). "Obesity in anaesthesia and intensive care". British Journal of Anaesthesia. 85 (1): 91–108. doi:10.1093/bja/85.1.91 . PMID 10927998. 
  145. ^ Lombardo MP, Deaner RO (March 2018). "Born to Throw: The Ecological Causes that Shaped the Evolution of Throwing In Humans". The Quarterly Review of Biology (dalam bahasa Inggris). 93 (1): 1–16. doi:10.1086/696721. ISSN 0033-5770. 
  146. ^ Parker-Pope T (27 October 2009). "The Human Body Is Built for Distance". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 November 2015. 
  147. ^ John B. "What is the role of sweating glands in balancing body temperature when running a marathon?". Livestrong.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 January 2013. Diakses tanggal 6 January 2013. 
  148. ^ Therman E (1980). Human Chromosomes: Structure, Behavior, Effects. Springer US. hlm. 112–24. doi:10.1007/978-1-4684-0107-3. ISBN 978-1-4684-0109-7. 
  149. ^ Edwards JH, Dent T, Kahn J (June 1966). "Monozygotic twins of different sex". Journal of Medical Genetics. 3 (2): 117–23. doi:10.1136/jmg.3.2.117. PMC 1012913 . PMID 6007033. 
  150. ^ Machin GA (January 1996). "Some causes of genotypic and phenotypic discordance in monozygotic twin pairs". American Journal of Medical Genetics. 61 (3): 216–28. doi:10.1002/(SICI)1096-8628(19960122)61:3<216::AID-AJMG5>3.0.CO;2-S. PMID 8741866. 
  151. ^ Jonsson H, Magnusdottir E, Eggertsson HP, Stefansson OA, Arnadottir GA, Eiriksson O, et al. (January 2021). "Differences between germline genomes of monozygotic twins". Nature Genetics. 53 (1): 27–34. doi:10.1038/s41588-020-00755-1. PMID 33414551 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  152. ^ "Genetic – Understanding Human Genetic Variation". Human Genetic Variation. National Institute of Health (NIH). Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 August 2013. Diakses tanggal 13 December 2013. Between any two humans, the amount of genetic variation—biochemical individuality—is about 0.1%. 
  153. ^ Levy S, Sutton G, Ng PC, Feuk L, Halpern AL, Walenz BP, et al. (September 2007). "The diploid genome sequence of an individual human". PLOS Biology. 5 (10): e254. doi:10.1371/journal.pbio.0050254. PMC 1964779 . PMID 17803354. 
  154. ^ Race, Ethnicity, and Genetics Working Group (October 2005). "The use of racial, ethnic, and ancestral categories in human genetics research". American Journal of Human Genetics. 77 (4): 519–32. doi:10.1086/491747. PMC 1275602 . PMID 16175499. 
  155. ^ "Chimps show much greater genetic diversity than humans". Media. University of Oxford. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 December 2013. Diakses tanggal 13 December 2013. 
  156. ^ Harpending HC, Batzer MA, Gurven M, Jorde LB, Rogers AR, Sherry ST (February 1998). "Genetic traces of ancient demography". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 95 (4): 1961–7. Bibcode:1998PNAS...95.1961H. doi:10.1073/pnas.95.4.1961 . PMC 19224 . PMID 9465125. 
  157. ^ Jorde LB, Rogers AR, Bamshad M, Watkins WS, Krakowiak P, Sung S, et al. (April 1997). "Microsatellite diversity and the demographic history of modern humans". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 94 (7): 3100–3. Bibcode:1997PNAS...94.3100J. doi:10.1073/pnas.94.7.3100 . PMC 20328 . PMID 9096352. 
  158. ^ Wade N (7 March 2007). "Still Evolving, Human Genes Tell New Story". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 January 2012. Diakses tanggal 13 February 2012. 
  159. ^ Pennisi E (February 2001). "The human genome". Science. 291 (5507): 1177–80. doi:10.1126/science.291.5507.1177. PMID 11233420. 
  160. ^ Rotimi CN, Adeyemo AA (February 2021). "From one human genome to a complex tapestry of ancestry". Nature. 590 (7845): 220–221. Bibcode:2021Natur.590..220R. doi:10.1038/d41586-021-00237-2. PMID 33568827 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  161. ^ Altshuler DM, Gibbs RA, Peltonen L, Altshuler DM, Gibbs RA, Peltonen L, et al. (September 2010). "Integrating common and rare genetic variation in diverse human populations". Nature. 467 (7311): 52–8. Bibcode:2010Natur.467...52T. doi:10.1038/nature09298. PMC 3173859 . PMID 20811451. 
  162. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Bergstrom2020
  163. ^ Pertea M, Salzberg SL (2010). "Between a chicken and a grape: estimating the number of human genes". Genome Biology. 11 (5): 206. doi:10.1186/gb-2010-11-5-206. PMC 2898077 . PMID 20441615. 
  164. ^ Cann RL, Stoneking M, Wilson AC (1987). "Mitochondrial DNA and human evolution". Nature. 325 (6099): 31–6. Bibcode:1987Natur.325...31C. doi:10.1038/325031a0. PMID 3025745. 
  165. ^ Soares P, Ermini L, Thomson N, Mormina M, Rito T, Röhl A, et al. (June 2009). "Correcting for purifying selection: an improved human mitochondrial molecular clock". American Journal of Human Genetics. 84 (6): 740–59. doi:10.1016/j.ajhg.2009.05.001. PMC 2694979 . PMID 19500773. 
  166. ^ "University of Leeds | News > Technology > New 'molecular clock' aids dating of human migration history". 20 August 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 August 2017. 
  167. ^ Poznik GD, Henn BM, Yee MC, Sliwerska E, Euskirchen GM, Lin AA, et al. (August 2013). "Sequencing Y chromosomes resolves discrepancy in time to common ancestor of males versus females". Science. 341 (6145): 562–5. Bibcode:2013Sci...341..562P. doi:10.1126/science.1237619. PMC 4032117 . PMID 23908239. 
  168. ^ Shehan CL (2016). The Wiley Blackwell Encyclopedia of Family Studies, 4 Volume Set (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. hlm. 406. ISBN 978-0-470-65845-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 September 2017. 
  169. ^ Jukic AM, Baird DD, Weinberg CR, McConnaughey DR, Wilcox AJ (October 2013). "Length of human pregnancy and contributors to its natural variation". Human Reproduction. 28 (10): 2848–55. doi:10.1093/humrep/det297. PMC 3777570 . PMID 23922246. 
  170. ^ Klossner NJ (2005). Introductory Maternity Nursing. hlm. 103. ISBN 978-0-7817-6237-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. The fetal stage is from the beginning of the 9th week after fertilization and continues until birth 
  171. ^ World Health Organization (November 2014). "Preterm birth Fact sheet N°363". who.int. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 March 2015. Diakses tanggal 6 March 2015. 
  172. ^ Kiserud T, Benachi A, Hecher K, Perez RG, Carvalho J, Piaggio G, Platt LD (February 2018). "The World Health Organization fetal growth charts: concept, findings, interpretation, and application". American Journal of Obstetrics and Gynecology. 218 (2S): S619–S629. doi:10.1016/j.ajog.2017.12.010. PMID 29422204. 
  173. ^ "What is the average baby length? Growth chart by month". www.medicalnewstoday.com (dalam bahasa Inggris). 18 March 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 January 2021. Diakses tanggal 18 April 2021. 
  174. ^ Khor GL (December 2003). "Update on the prevalence of malnutrition among children in Asia". Nepal Medical College Journal. 5 (2): 113–22. PMID 15024783. 
  175. ^ Rosenberg KR (1992). "The evolution of modern human childbirth". American Journal of Physical Anthropology (dalam bahasa Inggris). 35 (S15): 89–124. doi:10.1002/ajpa.1330350605. ISSN 1096-8644. 
  176. ^ a b Pavličev M, Romero R, Mitteroecker P (January 2020). "Evolution of the human pelvis and obstructed labor: new explanations of an old obstetrical dilemma". American Journal of Obstetrics and Gynecology. 222 (1): 3–16. doi:10.1016/j.ajog.2019.06.043. PMC 9069416  Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 31251927. 
  177. ^ Barras C (22 December 2016). "The real reasons why childbirth is so painful and dangerous". BBC. 
  178. ^ Kantrowitz B (2 July 2007). "What Kills One Woman Every Minute of Every Day?". Newsweek. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 June 2007. A woman dies in childbirth every minute, most often due to uncontrolled bleeding and infection, with the world's poorest women most vulnerable. The lifetime risk is 1 in 16 in sub-Saharan Africa, compared to 1 in 2,800 in developed countries. 
  179. ^ Rush D (July 2000). "Nutrition and maternal mortality in the developing world". The American Journal of Clinical Nutrition. 72 (1 Suppl): 212S–240S. doi:10.1093/ajcn/72.1.212S. PMID 10871588. 
  180. ^ Laland KN, Brown G (2011). Sense and Nonsense: Evolutionary Perspectives on Human Behaviour (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 7. ISBN 978-0-19-958696-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 August 2020. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  181. ^ Kail RV, Cavanaugh JC (2010). Human Development: A Lifespan View (edisi ke-5th). Cengage Learning. hlm. 296. ISBN 978-0-495-60037-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 January 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  182. ^ Schuiling KD, Likis FE (2016). Women's Gynecologic Health. Jones & Bartlett Learning. hlm. 22. ISBN 978-1-284-12501-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 May 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. The changes that occur during puberty usually happen in an ordered sequence, beginning with thelarche (breast development) at around age 10 or 11, followed by adrenarche (growth of pubic hair due to androgen stimulation), peak height velocity, and finally menarche (the onset of menses), which usually occurs around age 12 or 13. 
  183. ^ Phillips DC (2014). Encyclopedia of Educational Theory and Philosophy. SAGE Publications. hlm. 18–19. ISBN 978-1-4833-6475-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. On average, the onset of puberty is about 18 months earlier for girls (usually starting around the age of 10 or 11 and lasting until they are 15 to 17) than for boys (who usually begin puberty at about the age of 11 to 12 and complete it by the age of 16 to 17, on average). 
  184. ^ Mintz S (1993). "Life stages". Encyclopedia of American Social History. 3: 7–33. 
  185. ^ Soliman A, De Sanctis V, Elalaily R, Bedair S (November 2014). "Advances in pubertal growth and factors influencing it: Can we increase pubertal growth?". Indian Journal of Endocrinology and Metabolism. 18 (Suppl 1): S53–62. doi:10.4103/2230-8210.145075. PMC 4266869 . PMID 25538878. 
  186. ^ Walker ML, Herndon JG (September 2008). "Menopause in nonhuman primates?". Biology of Reproduction. 79 (3): 398–406. doi:10.1095/biolreprod.108.068536. PMC 2553520 . PMID 18495681. 
  187. ^ Diamond J (1997). Why is Sex Fun? The Evolution of Human Sexuality. New York City: Basic Books. hlm. 167–70. ISBN 978-0-465-03127-6. 
  188. ^ Peccei JS (2001). "Menopause: Adaptation or epiphenomenon?". Evolutionary Anthropology. 10 (2): 43–57. doi:10.1002/evan.1013. 
  189. ^ Marziali C (7 December 2010). "Reaching Toward the Fountain of Youth". USC Trojan Family Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 December 2010. Diakses tanggal 7 December 2010. 
  190. ^ Kalben BB (2002). "Why Men Die Younger: Causes of Mortality Differences by Sex". Society of Actuaries. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 July 2013. 
  191. ^ "Life expectancy at birth, female (years)". World Bank. 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 January 2021. Diakses tanggal 13 October 2020. 
  192. ^ "Life expectancy at birth, male (years)". World Bank. 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 February 2021. Diakses tanggal 13 October 2020. 
  193. ^ Conceição P, et al. (2019). Human Development Report (PDF). United Nations Development Programme. ISBN 978-92-1-126439-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 20 March 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  194. ^ "Human Development Report 2019" (PDF) (dalam bahasa Inggris). United Nations Development Programme. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 22 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  195. ^ "The World Factbook". U.S. Central Intelligence Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 September 2009. Diakses tanggal 2 April 2005. 
  196. ^ "Chapter 1: Setting the Scene" (PDF). UNFPA. 2012. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 June 2013. Diakses tanggal 11 January 2013. 
  197. ^ Haenel H (1989). "Phylogenesis and nutrition". Die Nahrung. 33 (9): 867–87. PMID 2697806. 
  198. ^ Cordain L (2007). "Implications of Plio-pleistocene diets for modern humans". Dalam Ungar PS. Evolution of the human diet: the known, the unknown and the unknowable. hlm. 264–65. Since the evolutionary split between hominins and pongids approximately 7 million years ago, the available evidence shows that all species of hominins ate an omnivorous diet composed of minimally processed, wild-plant, and animal foods. 
  199. ^ American Dietetic Association (June 2003). "Position of the American Dietetic Association and Dietitians of Canada: Vegetarian diets". Journal of the American Dietetic Association. 103 (6): 748–65. doi:10.1053/jada.2003.50142. PMID 12778049. 
  200. ^ a b Crittenden AN, Schnorr SL (2017). "Current views on hunter-gatherer nutrition and the evolution of the human diet". American Journal of Physical Anthropology. 162 (S63): 84–109. doi:10.1002/ajpa.23148. PMID 28105723. 
  201. ^ Cordain L, Eaton SB, Sebastian A, Mann N, Lindeberg S, Watkins BA, et al. (February 2005). "Origins and evolution of the Western diet: health implications for the 21st century". The American Journal of Clinical Nutrition. 81 (2): 341–54. doi:10.1093/ajcn.81.2.341 . PMID 15699220. 
  202. ^ Ulijaszek SJ (November 2002). "Human eating behaviour in an evolutionary ecological context". The Proceedings of the Nutrition Society. 61 (4): 517–26. doi:10.1079/PNS2002180 . PMID 12691181. 
  203. ^ Harrington SP (July–August 1997). "Earliest Agriculture in the New World". Archaeology Newsbriefs. 50 (4). Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 June 2010. 
  204. ^ Balter M (13 February 2007). "Double Cropping the Earliest Agriculture". ScienceNOW Daily News. American Association for the Advancement of Science. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 February 2007. 
  205. ^ Morelle, Rebecca (2 June 2006). "Ancient fig clue to first farming". BBC News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 June 2006. Diakses tanggal 19 February 2007. 
  206. ^ Krebs JR (September 2009). "The gourmet ape: evolution and human food preferences". The American Journal of Clinical Nutrition. 90 (3): 707S–711S. doi:10.3945/ajcn.2009.27462B . PMID 19656837. 
  207. ^ Holden C, Mace R (October 1997). "Phylogenetic analysis of the evolution of lactose digestion in adults". Human Biology. 69 (5): 605–28. PMID 9299882. 
  208. ^ Gibbons A. "The Evolution of Diet". National Geographic. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 August 2014. Diakses tanggal 18 April 2021. 
  209. ^ Ritchie H, Roser M (20 August 2017). "Diet Compositions". Our World in Data. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 August 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  210. ^ Lieberson AD (2004). "How Long Can a Person Survive without Food?". Scientific American (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 February 2019. Diakses tanggal 18 April 2021. 
  211. ^ Spector D (9 March 2018). "Here's how many days a person can survive without water". Business Insider Australia (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 June 2014. Diakses tanggal 18 April 2021. 
  212. ^ Holmes J. "Losing 25,000 to Hunger Every Day". United Nations (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 May 2020. Diakses tanggal 18 April 2021. 
  213. ^ Mai HJ (2020). "U.N. Warns Number Of People Starving To Death Could Double Amid Pandemic". NPR.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 June 2021. Diakses tanggal 18 April 2021. 
  214. ^ Murray CJ, Lopez AD (May 1997). "Global mortality, disability, and the contribution of risk factors: Global Burden of Disease Study". Lancet. 349 (9063): 1436–42. doi:10.1016/S0140-6736(96)07495-8. PMID 9164317. 
  215. ^ a b Haslam DW, James WP (October 2005). "Obesity". Lancet. 366 (9492): 1197–209. doi:10.1016/S0140-6736(05)67483-1. PMID 16198769. 
  216. ^ Catenacci VA, Hill JO, Wyatt HR (September 2009). "The obesity epidemic". Clinics in Chest Medicine. 30 (3): 415–44, vii. doi:10.1016/j.ccm.2009.05.001. PMID 19700042. 
  217. ^ de Beer H (March 2004). "Observations on the history of Dutch physical stature from the late-Middle Ages to the present". Economics and Human Biology. 2 (1): 45–55. doi:10.1016/j.ehb.2003.11.001. PMID 15463992. 
  218. ^ O'Neil D. "Adapting to Climate Extremes". Human Biological Adaptability. Palomar College. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 January 2013. Diakses tanggal 6 January 2013. 
  219. ^ Rask-Andersen M, Karlsson T, Ek WE, Johansson Å (September 2017). "Gene-environment interaction study for BMI reveals interactions between genetic factors and physical activity, alcohol consumption and socioeconomic status". PLOS Genetics. 13 (9): e1006977. doi:10.1371/journal.pgen.1006977. PMC 5600404 . PMID 28873402. 
  220. ^ Beja-Pereira A, Luikart G, England PR, Bradley DG, Jann OC, Bertorelle G, et al. (December 2003). "Gene-culture coevolution between cattle milk protein genes and human lactase genes". Nature Genetics. 35 (4): 311–3. doi:10.1038/ng1263. PMID 14634648. 
  221. ^ Hedrick PW (October 2011). "Population genetics of malaria resistance in humans". Heredity. 107 (4): 283–304. doi:10.1038/hdy.2011.16. PMC 3182497 . PMID 21427751. 
  222. ^ Weatherall DJ (May 2008). "Genetic variation and susceptibility to infection: the red cell and malaria". British Journal of Haematology. 141 (3): 276–86. doi:10.1111/j.1365-2141.2008.07085.x . PMID 18410566. 
  223. ^ Shelomi M, Zeuss D (5 April 2017). "Bergmann's and Allen's Rules in Native European and Mediterranean Phasmatodea". Frontiers in Ecology and Evolution. 5. doi:10.3389/fevo.2017.00025 . ISSN 2296-701X. 
  224. ^ Ilardo MA, Moltke I, Korneliussen TS, Cheng J, Stern AJ, Racimo F, et al. (April 2018). "Physiological and Genetic Adaptations to Diving in Sea Nomads". Cell. 173 (3): 569–580.e15. doi:10.1016/j.cell.2018.03.054 . PMID 29677510. 
  225. ^ Rogers AR, Iltis D, Wooding S (2004). "Genetic variation at the MC1R locus and the time since loss of human body hair". Current Anthropology. 45 (1): 105–08. doi:10.1086/381006. 
  226. ^ Roberts D (2011). Fatal Invention. London, New York: The New Press. 
  227. ^ Nina J (2004). "The evolution of human skin and skin color". Annual Review of Anthropology. 33: 585–623. doi:10.1146/annurev.anthro.33.070203.143955. 
  228. ^ Jablonski NG, Chaplin G (May 2010). "Colloquium paper: human skin pigmentation as an adaptation to UV radiation". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 107 (Supplement_2): 8962–8. Bibcode:2010PNAS..107.8962J. doi:10.1073/pnas.0914628107 . PMC 3024016 . PMID 20445093. 
  229. ^ Jablonski NG, Chaplin G (July 2000). "The evolution of human skin coloration" (PDF). Journal of Human Evolution. 39 (1): 57–106. doi:10.1006/jhev.2000.0403. PMID 10896812. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 14 January 2012. 
  230. ^ Harding RM, Healy E, Ray AJ, Ellis NS, Flanagan N, Todd C, et al. (April 2000). "Evidence for variable selective pressures at MC1R". American Journal of Human Genetics. 66 (4): 1351–61. doi:10.1086/302863. PMC 1288200 . PMID 10733465. 
  231. ^ Robin A (1991). Biological Perspectives on Human Pigmentation. Cambridge: Cambridge University Press. 
  232. ^ Jorde LB, Watkins WS, Bamshad MJ, Dixon ME, Ricker CE, Seielstad MT, Batzer MA (March 2000). "The distribution of human genetic diversity: a comparison of mitochondrial, autosomal, and Y-chromosome data". American Journal of Human Genetics. 66 (3): 979–88. doi:10.1086/302825. PMC 1288178 . PMID 10712212. 
  233. ^ "New Research Proves Single Origin Of Humans In Africa". Science Daily. 19 July 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 November 2011. Diakses tanggal 5 September 2011. 
  234. ^ Manica A, Amos W, Balloux F, Hanihara T (July 2007). "The effect of ancient population bottlenecks on human phenotypic variation". Nature. 448 (7151): 346–348. Bibcode:2007Natur.448..346M. doi:10.1038/nature05951. PMC 1978547 . PMID 17637668. 
  235. ^ Bergström A, McCarthy SA, Hui R, Almarri MA, Ayub Q, Danecek P, et al. (March 2020). "Insights into human genetic variation and population history from 929 diverse genomes". Science. 367 (6484): eaay5012. doi:10.1126/science.aay5012. PMC 7115999 . PMID 32193295. Populations in central and southern Africa, the Americas, and Oceania each harbor tens to hundreds of thousands of private, common genetic variants. Most of these variants arose as new mutations rather than through archaic introgression, except in Oceanian populations, where many private variants derive from Denisovan admixture. 
  236. ^ Bergström A, McCarthy SA, Hui R, Almarri MA, Ayub Q, Danecek P, et al. (March 2020). "Insights into human genetic variation and population history from 929 diverse genomes". Science. 367 (6484): eaay5012. doi:10.1126/science.aay5012. PMC 7115999 . PMID 32193295. An analysis of archaic sequences in modern populations identifies ancestral genetic variation in African populations that likely predates modern humans and has been lost in most non-African populations. 
  237. ^ Durvasula A, Sankararaman S (February 2020). "Recovering signals of ghost archaic introgression in African populations". Science Advances. 6 (7): eaax5097. Bibcode:2020SciA....6.5097D. doi:10.1126/sciadv.aax5097. PMC 7015685 . PMID 32095519. Our analyses of site frequency spectra indicate that these populations derive 2 to 19% of their genetic ancestry from an archaic population that diverged before the split of Neanderthals and modern humans. 
  238. ^ Pierce BA (2012). Genetics: A Conceptual Approach (dalam bahasa Inggris). Macmillan. hlm. 75. ISBN 978-1-4292-3252-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  239. ^ Muehlenbein MP (29 July 2010). Jones J, ed. Human Evolutionary Biology (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 74. ISBN 978-0-521-87948-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  240. ^ Fusco G, Minelli A (10 October 2019). The Biology of Reproduction (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 304. ISBN 978-1-108-49985-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  241. ^ Gustafsson A, Lindenfors P (October 2004). "Human size evolution: no evolutionary allometric relationship between male and female stature". Journal of Human Evolution. 47 (4): 253–66. doi:10.1016/j.jhevol.2004.07.004. PMID 15454336. 
  242. ^ Ogden CL, Fryar CD, Carroll MD, Flegal KM (October 2004). "Mean body weight, height, and body mass index, United States 1960–2002" (PDF). Advance Data (347): 1–17. PMID 15544194. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 23 February 2011. 
  243. ^ Miller AE, MacDougall JD, Tarnopolsky MA, Sale DG (1993). "Gender differences in strength and muscle fiber characteristics". European Journal of Applied Physiology and Occupational Physiology. 66 (3): 254–62. doi:10.1007/BF00235103. hdl:11375/22586 . PMID 8477683. 
  244. ^ Bredella MA (2017). "Sex Differences in Body Composition". Dalam Mauvais-Jarvis F. Sex and Gender Factors Affecting Metabolic Homeostasis, Diabetes and Obesity. Advances in Experimental Medicine and Biology. 1043. Cham: Springer International Publishing. hlm. 9–27. doi:10.1007/978-3-319-70178-3_2. ISBN 978-3-319-70177-6. PMID 29224088. 
  245. ^ Rahrovan S, Fanian F, Mehryan P, Humbert P, Firooz A (September 2018). "Male versus female skin: What dermatologists and cosmeticians should know". International Journal of Women's Dermatology. 4 (3): 122–130. doi:10.1016/j.ijwd.2018.03.002. PMC 6116811 . PMID 30175213. 
  246. ^ Easter C. "Sex Linked". National Human Genome Research Institute (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2022. Diakses tanggal 18 April 2021. 
  247. ^ Puts DA, Gaulin SJ, Verdolini K (July 2006). "Dominance and the evolution of sexual dimorphism in human voice pitch". Evolution and Human Behavior. 27 (4): 283–96. doi:10.1016/j.evolhumbehav.2005.11.003. 
  248. ^ "Gender, women, and health". Reports from WHO 2002–2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 June 2013. 
  249. ^ "3-D Brain Anatomy". The Secret Life of the Brain. Public Broadcasting Service. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 September 2017. Diakses tanggal 3 April 2005. 
  250. ^ Stern P (22 June 2018). "The human prefrontal cortex is special". Science (dalam bahasa Inggris). 360 (6395): 1311–1312. Bibcode:2018Sci...360S1311S. doi:10.1126/science.360.6395.1311-g. ISSN 0036-8075. 
  251. ^ Erickson R (22 September 2014). "Are Humans the Most Intelligent Species?". Journal of Intelligence (dalam bahasa Inggris). 2 (3): 119–121. doi:10.3390/jintelligence2030119 . ISSN 2079-3200. 
  252. ^ "Humans not smarter than animals, just different, experts say". phys.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 January 2021. Diakses tanggal 24 October 2020. 
  253. ^ Robson D. "We've got human intelligence all wrong". www.bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 January 2021. Diakses tanggal 24 October 2020. 
  254. ^ Owen J (26 February 2015). "Many Animals—Including Your Dog—May Have Horrible Short-Term Memories". National Geographic News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2021. Diakses tanggal 6 September 2020. 
  255. ^ Schmidt KL, Cohn JF (2001). "Human facial expressions as adaptations: Evolutionary questions in facial expression research". American Journal of Physical Anthropology. 116 (S33): 3–24. doi:10.1002/ajpa.20001. PMC 2238342 . PMID 11786989. 
  256. ^ Moisse K (5 January 2011). "Tears in Her Eyes: A Turnoff for Guys?". ABC News (American) (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 January 2021. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  257. ^ Deleniv S (2018). "The 'me' illusion: How your brain conjures up your sense of self". New Scientist. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 February 2021. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  258. ^ Beck J (2019). "Can We Really Know What Animals Are Thinking?". Snopes. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 October 2021. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  259. ^ Grandner MA, Patel NP, Gehrman PR, Perlis ML, Pack AI (August 2010). "Problems associated with short sleep: bridging the gap between laboratory and epidemiological studies". Sleep Medicine Reviews. 14 (4): 239–47. doi:10.1016/j.smrv.2009.08.001. PMC 2888649 . PMID 19896872. 
  260. ^ Ann L (27 January 2005). "HowStuffWorks "Dreams: Stages of Sleep"". Science.howstuffworks.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 May 2012. Diakses tanggal 11 August 2012. 
  261. ^ Hobson JA (November 2009). "REM sleep and dreaming: towards a theory of protoconsciousness". Nature Reviews. Neuroscience. 10 (11): 803–13. doi:10.1038/nrn2716. PMID 19794431. 
  262. ^ Empson J (2002). Sleep and dreaming (edisi ke-3rd). New York: Palgrave/St. Martin's Press. 
  263. ^ Lite J (29 July 2010). "How Can You Control Your Dreams?". Scientific America. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 February 2015. 
  264. ^ Domhoff W (2002). The scientific study of dreams. APA Press. 
  265. ^ "Consciousness". Merriam-Webster. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 September 2019. Diakses tanggal 4 June 2012. 
  266. ^ Schneider S, Velmans M (2008). "Introduction". Dalam Velmans M, Schneider S. The Blackwell Companion to Consciousness. Wiley. ISBN 978-0-470-75145-9. 
  267. ^ van Gulick R (2004). "Consciousness". Stanford Encyclopedia of Philosophy. Metaphysics Research Lab, Stanford University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 October 2019. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  268. ^ Searle J (2005). "Consciousness". Dalam Honderich T. The Oxford companion to philosophy. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-926479-7. 
  269. ^ Block N (June 1995). "On a confusion about a function of consciousness". Behavioral and Brain Sciences. 18 (2): 227–47. doi:10.1017/S0140525X00038474. 
  270. ^ Jaynes J (2000) [1976]. The Origin of Consciousness in the Breakdown of the Bicameral Mind (PDF). Houghton Mifflin. ISBN 0-618-05707-2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 7 August 2019. Diakses tanggal 25 October 2020. 
  271. ^ Rochat P (December 2003). "Five levels of self-awareness as they unfold early in life". Consciousness and Cognition. 12 (4): 717–31. doi:10.1016/s1053-8100(03)00081-3. PMID 14656513. 
  272. ^ Carruthers P (15 August 2011). "Higher-Order Theories of Consciousness". Stanford Encyclopedia of Philosophy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 April 2021. Diakses tanggal 31 August 2014. 
  273. ^ Antony MV (2001). "Is consciousness ambiguous?". Journal of Consciousness Studies. 8: 19–44. 
  274. ^ "Cognition". Lexico. Oxford University Press and Dictionary.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 July 2016. Diakses tanggal 6 May 2020. 
  275. ^ Glattfelder JB (2019). "The Consciousness of Reality". Dalam Glattfelder JB. Information—Consciousness—Reality: How a New Understanding of the Universe Can Help Answer Age-Old Questions of Existence. The Frontiers Collection (dalam bahasa Inggris). Cham: Springer International Publishing. hlm. 515–595. doi:10.1007/978-3-030-03633-1_14. ISBN 978-3-030-03633-1. 
  276. ^ "American Psychological Association (2013). Glossary of psychological terms". Apa.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 July 2014. Diakses tanggal 13 August 2014. 
  277. ^ "Developmental Psychology Studies Human Development Across the Lifespan". www.apa.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 July 2014. Diakses tanggal 28 August 2017. 
  278. ^ Burman E (2017). Deconstructing Developmental Psychology. New York, NY: Routledge. ISBN 978-1-138-84695-1. 
  279. ^ Colom R (1 January 2004). "Intelligence Assessment". Encyclopedia of Applied Psychology (dalam bahasa Inggris): 307–314. doi:10.1016/B0-12-657410-3/00510-9. ISBN 978-0-12-657410-4. 
  280. ^ McLeod S (20 March 2020). "Maslow's Hierarchy of Needs". Simplypsychology.org. Simply Scholar Limited. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 November 2018. Diakses tanggal 4 April 2020. Maslow's hierarchy of needs is a motivational theory in psychology comprising a five-tier model of human needs, often depicted as hierarchical levels within a pyramid. Needs lower down in the hierarchy must be satisfied before individuals can attend to needs higher up. 
  281. ^ Heckhausen J, Heckhausen H (28 March 2018). Motivation and Action. Introduction and Overview: Springer, Cham. hlm. 1. doi:10.1007/978-3-319-65094-4_1. ISBN 978-3-319-65093-7. 
  282. ^ Damasio AR (May 1998). "Emotion in the perspective of an integrated nervous system". Brain Research. Brain Research Reviews. 26 (2–3): 83–6. doi:10.1016/s0165-0173(97)00064-7. PMID 9651488. 
  283. ^ Ekman P, Davidson RJ (1994). The Nature of emotion : fundamental questions. New York: Oxford University Press. hlm. 291–93. ISBN 978-0-19-508944-8. Emotional processing, but not emotions, can occur unconsciously. 
  284. ^ Cabanac M (2002). "What is emotion?". Behavioural Processes. 60 (2): 69–83. doi:10.1016/S0376-6357(02)00078-5. PMID 12426062. Emotion is any mental experience with high intensity and high hedonic content (pleasure/displeasure) 
  285. ^ Scirst DL (2011). Psychology Second Edition. New York, NY: Worth Publishers. hlm. 310. ISBN 978-1-4292-3719-2. 
  286. ^ Averill JR (April 1999). "Individual differences in emotional creativity: structure and correlates". Journal of Personality. 67 (2): 331–71. doi:10.1111/1467-6494.00058. PMID 10202807. 
  287. ^ Tyng CM, Amin HU, Saad MN, Malik AS (2017). "The Influences of Emotion on Learning and Memory". Frontiers in Psychology. 8: 1454. doi:10.3389/fpsyg.2017.01454 . PMC 5573739 . PMID 28883804. 
  288. ^ Van Gelder JL (November 2016). "Emotions in Criminal Decision Making". Dalam Wright R. Oxford Bibliographies in Criminology. Oxford University Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 January 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  289. ^ Sharma N, Prakash O, Sengar KS, Chaudhury S, Singh AR (2015). "The relation between emotional intelligence and criminal behavior: A study among convicted criminals". Industrial Psychiatry Journal. 24 (1): 54–8. doi:10.4103/0972-6748.160934. PMC 4525433 . PMID 26257484. 
  290. ^ Fredrickson BL (March 2001). "The role of positive emotions in positive psychology. The broaden-and-build theory of positive emotions". The American Psychologist. 56 (3): 218–26. doi:10.1037/0003-066X.56.3.218. PMC 3122271 . PMID 11315248. 
  291. ^ Haybron DM (August 2013). "The proper pursuit of happiness". Res Philosophica. 90 (3): 387–411. doi:10.11612/resphil.2013.90.3.5. 
  292. ^ Haybron DM (13 April 2014). "Happiness and Its Discontents". The Opinion Pages. The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 October 2018. Diakses tanggal 30 July 2022. I would suggest that when we talk about happiness, we are actually referring, much of the time, to a complex emotional phenomenon. Call it emotional well-being. Happiness as emotional well-being concerns your emotions and moods, more broadly your emotional condition as a whole. To be happy is to inhabit a favorable emotional state.... On this view, we can think of happiness, loosely, as the opposite of anxiety and depression. Being in good spirits, quick to laugh and slow to anger, at peace and untroubled, confident and comfortable in your own skin, engaged, energetic and full of life. 
  293. ^ Graham MC (2014). Facts of Life: ten issues of contentment. Outskirts Press. hlm. 6–10. ISBN 978-1-4787-2259-5. 
  294. ^ "Secret to happiness may include more unpleasant emotions: Research contradicts idea that people should always seek pleasure to be happy". ScienceDaily (dalam bahasa Inggris). American Psychological Association. 14 August 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 November 2020. Diakses tanggal 25 October 2020. 
  295. ^ a b c Greenberg JS, Bruess CE, Oswalt SB (2016). Exploring the Dimensions of Human Sexuality. Jones & Bartlett Publishers. hlm. 4–10. ISBN 978-1-284-08154-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 December 2018. Diakses tanggal 21 June 2017. Human sexuality is a part of your total personality. It involves the interrelationship of biological, psychological, and sociocultural dimensions. [...] It is the total of our physical, emotional, and spiritual responses, thoughts, and feelings. 
  296. ^ a b c d Bolin A, Whelehan P (2009). Human Sexuality: Biological, Psychological, and Cultural Perspectives. Taylor & Francis. hlm. 32–42. ISBN 978-0-7890-2671-2. 
  297. ^ Younis I, Abdel-Rahman SH (2013). "Sex difference in libido". Human Andrology (dalam bahasa Inggris). 3 (4): 85–89. doi:10.1097/01.XHA.0000432482.01760.b0. 
  298. ^ "Sexual orientation, homosexuality and bisexuality". American Psychological Association. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 August 2013. Diakses tanggal 10 August 2013. 
  299. ^ a b Bailey JM, Vasey PL, Diamond LM, Breedlove SM, Vilain E, Epprecht M (September 2016). "Sexual Orientation, Controversy, and Science". Psychological Science in the Public Interest. 17 (2): 45–101. doi:10.1177/1529100616637616 . PMID 27113562. 
  300. ^ a b c LeVay S (2017). Gay, Straight, and the Reason Why: The Science of Sexual Orientation. Oxford University Press. hlm. 8, 19. ISBN 978-0-19-975296-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 October 2020. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  301. ^ a b Balthazart J (2012). The Biology of Homosexuality. Oxford University Press. hlm. 13–14. ISBN 978-0-19-983882-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 January 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  302. ^ Buss DM (2003). The Evolution of Desire: Strategies of Human Mating (edisi ke-Revised). New York City: Basic Books. ISBN 978-0-465-00802-5. 
  303. ^ Fromm E (2000). The art of loving. New York: Harper Perennial. ISBN 978-0-06-095828-2. 
  304. ^ "Love, Actually: The science behind lust, attraction, and companionship". Science in the News (dalam bahasa Inggris). 14 February 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 October 2020. Diakses tanggal 25 October 2020. 
  305. ^ "What are the top 200 most spoken languages?". Ethnologue: Languages of the World. 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 January 2013. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  306. ^ a b World. The World Factbook (Laporan). Central Intelligence Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 January 2021. Diakses tanggal 15 November 2021. 
  307. ^ "The Changing Global Religious Landscape". Pew Research Center. 5 April 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 February 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  308. ^ Ord T (2020). The Precipice: Existential Risk and the Future of Humanity. New York: Hachette Books. ISBN 978-0-316-48489-3. Homo sapiens and our close relatives may have some unique physical attributes, such as our dextrous hands, upright walking and resonant voices. However, these on their own cannot explain our success. They went together with our intelligence... 
  309. ^ Goldman JG (2012). "Pay attention… time for lessons at animal school". bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 January 2021. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  310. ^ Winkler M, Mueller JL, Friederici AD, Männel C (November 2018). "Infant cognition includes the potentially human-unique ability to encode embedding". Science Advances. 4 (11): eaar8334. Bibcode:2018SciA....4.8334W. doi:10.1126/sciadv.aar8334 . PMC 6248967 . PMID 30474053. 
  311. ^ Johnson-Frey SH (July 2003). "What's so special about human tool use?". Neuron. 39 (2): 201–4. doi:10.1016/S0896-6273(03)00424-0. PMID 12873378. 
  312. ^ Emery NJ, Clayton NS (February 2009). "Tool use and physical cognition in birds and mammals". Current Opinion in Neurobiology. 19 (1): 27–33. doi:10.1016/j.conb.2009.02.003. PMID 19328675. In short, the evidence to date that animals have an understanding of folk physics is at best mixed. 
  313. ^ Lemonick MD (3 June 2015). "Chimps Can't Cook, But Maybe They'd Like To". National Geographic News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 January 2021. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  314. ^ Vakhitova T, Gadelshina L (2 June 2015). "The Role and Importance of the Study of Economic Subjects in the Implementation of the Educational Potential of Education". Procedia - Social and Behavioral Sciences. The Proceedings of 6th World Conference on educational Sciences (dalam bahasa Inggris). 191: 2565–2567. doi:10.1016/j.sbspro.2015.04.690. ISSN 1877-0428. 
  315. ^ McKie R (9 October 2018). "The Book of Humans by Adam Rutherford review – a pithy homage to our species". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 February 2021. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  316. ^ Nicholls H (29 June 2015). "Babblers speak to the origin of language". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 January 2021. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  317. ^ Dasgupta S (2015). "Can any animals talk and use language like humans?". bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 May 2020. Diakses tanggal 22 April 2020. Most animals are not vocal learners. 
  318. ^ Scott-Phillips TC, Blythe RA (18 September 2013). "Why is language unique to humans?" (dalam bahasa Inggris). Royal Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 January 2021. Diakses tanggal 24 October 2020. 
  319. ^ Pagel M (July 2017). "Q&A: What is human language, when did it evolve and why should we care?". BMC Biology. 15 (1): 64. doi:10.1186/s12915-017-0405-3. PMC 5525259 . PMID 28738867. 
  320. ^ Fitch WT (4 December 2010). "Language evolution: How to hear words long silenced". New Scientist (dalam bahasa Inggris). 208 (2789): ii–iii. Bibcode:2010NewSc.208D...2F. doi:10.1016/S0262-4079(10)62961-2. ISSN 0262-4079. 
  321. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Revolution2
  322. ^ Lian A (2016). "The Modality-Independent Capacity of Language: A Milestone of Evolution". Dalam Lian A. Language Evolution and Developmental Impairments (dalam bahasa Inggris). London: Palgrave Macmillan UK. hlm. 229–255. doi:10.1057/978-1-137-58746-6_7. ISBN 978-1-137-58746-6. 
  323. ^ "Culture | United Nations For Indigenous Peoples". www.un.org. 5 June 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 November 2020. Diakses tanggal 24 October 2020. 
  324. ^ Comrie B, Polinsky M, Matthews S (1996). The Atlas of Languages: The Origin and Development of Languages Throughout the World. New York City: Facts on File. hlm. 13–15. ISBN 978-0-8160-3388-1. 
  325. ^ Mavrody S (2013). Visual Art Forms: Traditional to Digital (dalam bahasa Inggris). Sergey's HTML5 & CSS3. ISBN 978-0-9833867-5-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  326. ^ "Types of Literary Arts and Their Understanding – bookfestivalscotland.com". Bookfestival Scotland (dalam bahasa Inggris). 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 May 2021. Diakses tanggal 5 May 2021. 
  327. ^ "Bachelor of Performing Arts" (PDF). University of Otago. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 14 December 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  328. ^ Brown S (24 October 2018). "Toward a Unification of the Arts". Frontiers in Psychology. 9: 1938. doi:10.3389/fpsyg.2018.01938 . ISSN 1664-1078. PMC 6207603 . PMID 30405470. 
  329. ^ "Culinary arts – How cooking can be an art". Northern Contemporary Art (dalam bahasa Inggris). 21 October 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 May 2021. Diakses tanggal 5 May 2021. 
  330. ^ Smuts A (1 January 2005). "Are Video Games Art?". Contemporary Aesthetics (Journal Archive). 3 (1). Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 May 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  331. ^ Cameron IA, Pimlott N (September 2015). "Art of medicine". Canadian Family Physician. 61 (9): 739–40. PMC 4569099 . PMID 26371092. 
  332. ^ Bird G (7 June 2019). "Rethinking the role of the arts in politics: lessons from the Négritude movement". International Journal of Cultural Policy (dalam bahasa Inggris). 25 (4): 458–470. doi:10.1080/10286632.2017.1311328. ISSN 1028-6632. 
  333. ^ a b Morriss-Kay GM (February 2010). "The evolution of human artistic creativity". Journal of Anatomy. 216 (2): 158–76. doi:10.1111/j.1469-7580.2009.01160.x. PMC 2815939 . PMID 19900185. 
  334. ^ Joordens JC, d'Errico F, Wesselingh FP, Munro S, de Vos J, Wallinga J, et al. (February 2015). "Homo erectus at Trinil on Java used shells for tool production and engraving". Nature. 518 (7538): 228–31. Bibcode:2015Natur.518..228J. doi:10.1038/nature13962. PMID 25470048. 
  335. ^ St Fleur N (12 September 2018). "Oldest Known Drawing by Human Hands Discovered in South African Cave". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2020. Diakses tanggal 20 September 2018. 
  336. ^ Radford T (16 April 2004). "World's oldest jewellery found in cave". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 February 2021. Diakses tanggal 23 September 2020. 
  337. ^ Dissanayake E (2008). "The Arts after Darwin: Does Art have an Origin and Adaptive Function?". Dalam Zijlmans K, van Damme W. World Art Studies: Exploring Concepts and Approaches. Amsterdam: Valiz. hlm. 241–263. 
  338. ^ a b Morley I (2014). "A multi-disciplinary approach to the origins of music: perspectives from anthropology, archaeology, cognition and behaviour". Journal of Anthropological Sciences = Rivista di Antropologia. 92 (92): 147–77. doi:10.4436/JASS.92008. PMID 25020016. 
  339. ^ Trost W, Frühholz S, Schön D, Labbé C, Pichon S, Grandjean D, Vuilleumier P (December 2014). "Getting the beat: entrainment of brain activity by musical rhythm and pleasantness" (PDF). NeuroImage. 103: 55–64. doi:10.1016/j.neuroimage.2014.09.009. PMID 25224999. 
  340. ^ Karpati FJ, Giacosa C, Foster NE, Penhune VB, Hyde KL (March 2015). "Dance and the brain: a review". Annals of the New York Academy of Sciences. 1337 (1): 140–6. Bibcode:2015NYASA1337..140K. doi:10.1111/nyas.12632. PMID 25773628. 
  341. ^ Chow D (22 March 2010). "Why Do Humans Dance?". livescience.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 February 2021. Diakses tanggal 21 September 2020. 
  342. ^ Krakauer J (26 September 2008). "Why do we like to dance--And move to the beat?". Scientific American (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 February 2021. Diakses tanggal 21 September 2020. 
  343. ^ Prior KS (21 June 2013). "How Reading Makes Us More Human". The Atlantic (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 January 2021. Diakses tanggal 23 September 2020. 
  344. ^ a b Puchner M. "How stories have shaped the world". www.bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 January 2021. Diakses tanggal 23 September 2020. 
  345. ^ Dalley, Stephanie, ed. (2000). Myths from Mesopotamia: Creation, the Flood, Gilgamesh, and Others (edisi ke-revised). Oxford University Press. hlm. 41. ISBN 978-0-19-283589-5. 
  346. ^ Hernadi P (2001). "Literature and Evolution". SubStance. 30 (1/2): 55–71. doi:10.2307/3685504. ISSN 0049-2426. JSTOR 3685504. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 January 2021. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  347. ^ McCurry J (21 April 2015). "Japan's Maglev Train Breaks World Speed Record with 600 km/h Test Run". The Guardian (edisi ke-U.S.). New York. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 June 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. 
  348. ^ Clark JD; de Heinzelin J; Schick KD; Hart WK; White TD; WoldeGabriel G; Walter RC; Suwa G; Asfaw B; Vrba E; H.-Selassie Y (June 1994). "African Homo erectus: old radiometric ages and young Oldowan assemblages in the Middle Awash Valley, Ethiopia". Science. 264 (5167): 1907–10. Bibcode:1994Sci...264.1907C. doi:10.1126/science.8009220. PMID 8009220. 
  349. ^ a b Choi CQ (11 November 2009). "Human Evolution: The Origin of Tool Use". livescience.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 October 2020. Diakses tanggal 9 October 2020. 
  350. ^ Orban GA, Caruana F (2014). "The neural basis of human tool use". Frontiers in Psychology. 5: 310. doi:10.3389/fpsyg.2014.00310 . PMC 3988392 . PMID 24782809. 
  351. ^ Berna F, Goldberg P, Horwitz LK, Brink J, Holt S, Bamford M, Chazan M (May 2012). "Microstratigraphic evidence of in situ fire in the Acheulean strata of Wonderwerk Cave, Northern Cape province, South Africa". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 109 (20): E1215–20. doi:10.1073/pnas.1117620109 . PMC 3356665 . PMID 22474385. 
  352. ^ Gowlett JA (June 2016). "The discovery of fire by humans: a long and convoluted process". Philosophical Transactions of the Royal Society of London. Series B, Biological Sciences. 371 (1696): 20150164. doi:10.1098/rstb.2015.0164. PMC 4874402 . PMID 27216521. 
  353. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :14
  354. ^ Damiano J (2018). "Neolithic Era Tools: Inventing a New Age". MagellanTV. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 January 2021. Diakses tanggal 9 October 2020.